Taufan Hunneman: Figur Prabowo dan Tradisi Banyumasan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Selasa, 16 April 2024 01:10 WIB
Sebagai kenangan terhadap kedua adiknya yang gugur di medan juang, Pak Cum kemudian mengambil nama kedua almarhum untuk diterakan pada kedua anak lelakinya, masing-masing Subianto untuk Prabowo, dan Sujono untuk Hashim (Hashim Sujono Djojohadikusumo).
Sebagai pengusaha, Hashim juga tidak lepas dari tradisi Banyumasan, ketika holding perusahaannya diberi nama Tirta Mas Group.
Tirta Mas sendiri semacam "nickname" untuk kawasan dan kultur Banyumas. Sementara Prabowo mengikuti jejak kedua almarhum pamannya, dengan memilih karir sebagai tentara.
Baca Juga: Aliansi Mahasiswa Sultra: Hashim Djojohadikusomo Bohongi Rakyat dan Catut Nama Presiden Jokowi
Sebagai orang asli Kebumen, bagi Pak Cum selalu ada tempat bagi segala yang berhubungan dengan Banyumas. Saat masih hidup, jika Pak Cum akan menulis buku atau produk intelektual lainnya, dan sekiranya memerlukan konsentrasi tinggi, Pak Cum lebih nyaman menulis di Kebumen, ketimbang di rumah Kebayoran Baru, Jakarta Selatan.
Rumah Kebayoran Baru sekarang menjadi kediaman pribadi Prabowo. Di masa lalu, Pak Cum juga tercatat sebagai sesepuh paguyuban Seruling Mas (Seruan Eling Banyumas), sebuah komunitas kekerabatan warga asal (kultur) Banyumas di Jakarta.
Sarwo Edhi ke Prabowo
Baca Juga: Hashim Djojohadikusumo: Prabowo Subianto Tidak Perlu Mundur dari Jabatan Menteri, Cukup Mahfud Saja
Sebagai satuan elite, wajar bila Kopassus selalu menjadi sorotan, baik oleh elite politik (sipil) maupun masyarakat awam. Masyarakat bisa menjadi saksi bahwa salah satu fenomena Kopassus yang sangat menonjol adalah secara kelembagaan banyak melahirkan figur-figur karismatik yang ikut memberi warna pada politik Indonesia kontemporer.
Tidak berlebihan rasanya bila dikatakan, dua pimpinan Kopassus yang paling diingat masyarakat adalah Sarwo Edhi Wibowo (1964-1966) dan Prabowo Subianto (1995-1998).
Sebagaimana dapat dilihat hari ini, ketika beberapa mantan Komandan Korps Baret Merah mengisi panggung politik terkait pilpres dengan peran masing-masing. Sebut saja Agum Gumelar (Akmil 1968), Prabowo Subianto (1974), Muchdi Purwoprandjono (Akmil 1970), dan Lodewijk Paulus (Akmil 1981).
Baca Juga: Setelah Ziarah ke Makam Ibu, Prabowo Ziarah ke Makam Ayah Sumitro Djojohadikusumo Didampingi Anaknya
Perilaku politik para mantan Danjen Kopassus atau figur kuat lainnya bisa jadi merupakan kajian menarik tersendiri.