DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Buka Puasa LSI Denny JA: The Best Days of Our Lives

image
Denny JA. (OrbitIndonesia/kiriman)

4/

Azan maghrib berkumandang, waktunya buka puasa. Saya bayangkan Denny tetap duduk di kursinya, begitu juga petinggi LSI Network lainnya. Pramusaji yang akan mengantarkan takjil ke meja kami. Saya keliru. Denny berdiri dari kursi, berjalan menuju meja prasmanan, berbaur bersama karyawan.

Diambilnya sepiring daging kambing guling, sop kambing, dan beberapa potong lontong, sebelum kembali ke meja dan menyantapnya. Menu lainnya yang tersedia adalah ayam teriyaki, sapi lada hitam, salad Bangkok, nasi putih, beberapa jenis takjil dan desserts, serta es krim. Menu yang sama bagi pendiri, BOD, manager, karyawan, resepsionis, office boy, dan petugas sekuriti. Tak ada perbedaan, tak ada pengistimewaan.

Setelah makan malam dan salat maghrib, pembawa acara kembali memanggil Denny ke panggung untuk sumbang suara menyemarakkan acara.

Lagu “Rindu Rasul” dari Bimbo (syair gubahan penyair Taufiq Ismail) dipilih Denny dan dibawakan penuh penghayatan melalui vibra suara baritonnya yang mengingatkan sekilas pada getar vokal khas Elvis Presley.

Aplaus meriah diberikan hadirin ketika lagu selesai. Denny bersiap turun panggung ketika hadirin bersorak serempak “Lagi! lagi!”. Dia pun bicara dengan trio pengiring.

“Ternyata stok lagu-lagu religi mereka terbatas,” ujar Denny disambut tawa audiens dan ketiga musisi. “Jadi kita nyanyikan lagu sekuler saja bersama-sama.” Meluncurlah lagu “Ku Tak Bisa” (Slank) yang membuat seisi ruangan ikut bernyanyi.

Hadirin kembali beramai-ramai berteriak, “Lagi, lagi, lagi!” saat lagu tuntas. 

Denny kembali bicara dengan musisi. Lalu syair  “Pelangi di Matamu” pun meluncur dari mulutnya. Hadirin ikut bernyanyi penuh semangat. Akrab, hangat. Saya teringat mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono yang juga penyuka berat komposisi rock ballad karya grup cadas Jamrud ini.

Pada Pilpres 2004 yang ditandai ketegangan hubungan Presiden Megawati Sukarnoputri dengan SBY yang dipecat dari jabatan Menko Polkam karena mencalonkan diri sebagai capres, “Pelangi di Matamu” menjadi simbol perlawanan pendiri Partai Demokrat itu. Terlihat sangat jelas saat SBY sebagai tamu VVIP Grand Final Akademisi Fantasi Indonesia (AFI) 2 Indosiar, justru naik panggung menyanyikan lagu ini yang disiarkan live. Bait-bait awal lagu:  30 menit kita di sini/tanpa suara/dan aku resah harus menunggu lama/kata darimu” menggambarkan dengan tepat situasi communication breakdown antara SBY dan Megawati saat itu.

Halaman:
1
2
3
4
5
6

Berita Terkait