Wang Wenbin: Kecurigaan AS Terhadap Mobil Listrik China Terlalu Dibesar-besarkan
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 14 Maret 2024 01:14 WIB
Menurut Wang Wenbin, dalam rantai industri kendaraan listrik, berbagai pihak mempunyai kepentingan yang saling terkait.
"Keberhasilan China dalam industri kendaraan listrik adalah keberhasilan globalisasi. Kendaraan listrik China diterima secara luas di dunia bukan karena menggunakan subsidi, namun dengan berupaya meningkatkan kualitas dan menurunkan biaya," ungkap Wang Wenbin.
Wang Wenbin pun menyebut kendaraan listrik dari China juga berkontribusi terhadap pembangunan global yang ramah lingkungan dan rendah karbon.
Baca Juga: Dampak Konflik di Laut Merah, Pabrik Mobil Listrik Tesla di Jerman Terpaksa Berhenti Berproduksi
"China berkomitmen terhadap keterbukaan berstandar tinggi dan menjunjung prinsip-prinsip ekonomi pasar dan peraturan WTO. Kami siap menyediakan lingkungan bisnis yang terbuka, inklusif, transparan, dan non-diskriminatif bagi perusahaan-perusahaan dari semua negara yang melakukan kerja sama perdagangan dan investasi di China, posisi ini tetap tidak berubah," tambah Wang Wenbin.
Selain menggunakan baterai sebagai pengganti bensin untuk sumber tenaga, kendaraan listrik saat ini juga dilengkapi dengan perangkat lunak bantuan mengemudi maupun sarana hiburan di dalam mobil yang terhubung dengan ponsel pengguna.
Hal itu menimbulkan kekhawatiran soal pengumpulan data seperti yang disampaikan Gedung Putih pada akhir Februari yang menyebut Departemen Perdagangan akan menginvestigasi apakah kendaraan listrik yang diimpor dari China menimbulkan risiko keamanan nasional.
Baca Juga: Irwin Tristanto: Ingin Gunakan Mobil Listrik? Perhatikan Waktu dan Rencana Perjalanan
Raimundo menyebut hal itu adalah demi melindungi rakyat AS dari ancaman yang ditimbulkan China.
Kekhawatiran mengenai potensi akses data atas masyarakat di AS itu juga yang mendorong para legislator AS mempertimbangkan rencana undang-undang (RUU) yang dapat melarang aplikasi media sosial TikTok beroperasi di AS. TikTok dimiliki ByteDance yang berbasis di China.
Raimundo juga menyebut upaya AS untuk mengamankan rantai pasok terutama di bidang semikonduktor "membuat kemajuan signifikan".
Baca Juga: Airlangga Hartarto Target 200 Ribu Unit Mobil Listrik Terjual Setiap Tahun
Dalam kunjungannya selama dua hari ke Filipina, Raimundo memimpin delegasi 22 eksekutif senior dari bisnis dan organisasi nirlaba AS yang mengumumkan 1 miliar dolar (sekitar Rp15,49 triliun) investasi baru di Filipina. ***