DECEMBER 9, 2022
Kolom

Singapura Terdampak Swiftonomics, Indonesia Bisa juga dengan Van Halenomics: Sandiaga Uno Punya Tugas

image
(OrbitIndonesia/kiriman Akmal Nasery Basral)

Beberapa wawancara kepada Alex dan Eddie setelah mereka tenar selalu menyebut Rangkasbitung sebagai daerah asal ibu mereka meski, ironisnya, mereka belum pernah berkunjung ke sana sampai Eddie meninggal 6 Oktober 2020.

Lalu bagaimana Indonesia menggelar konser Van Halen tanpa Eddie yang merupakan magnet utama band ini?

Masih bisa! Sebab, Eddie memiliki putra tunggal bernama Wolfgang Van Halen, 31 tahun, seorang musisi multi-instrumentalis yang mewarisi kejeniusan musikalitas ayahnya.

Baca Juga: KEREN! Tulus Ungguli Penyanyi Global dari BTS sampai Justin Bieber dan Taylor Swift

Wolfie, nama panggilannya, sudah dikader Eddie sebagai pemain bas Van Halen sejak berusia 16 tahun (2007). Sejak itu dia selalu tampil bersama ayah dan pamannya, meski setelah ayahnya wafat dia punya band sendiri bernama Mammoth. Prestasinya juga tak main-main dengan mendapat nominasi Piala Grammy 2022 kategori Best Rock Song dengan lagu “Distance”.

Bagaimana Pemerintah Indonesia mengundang Van Halen untuk (rangkaian) konser historis di tanah air?

Itu tugas Sandiaga Uno dan jajaran untuk memikirkan dalam 6-7 bulan terakhir pemerintahan ini. Memang tidak mudah, tetapi secara teoritis masih mungkin. Tidak mustahil sama sekali.

Van Halen formasi 2024 yang (harus) ditampilkan adalah Alex Van Halen, Wolfgang Van Halen (menggantikan ayahnya Eddie), Michael Anthony (pemain bas awal VH) serta Dave Lee Roth atau Sammy Hagar—salah satu dari mereka--yang pernah mengisi posisi vokalis VH.

Agar nuansa emosional-spiritual dengan Rangkasbitung lebih terasa, konser harus digelar di Banten International Stadium berkapasitas 30 ribu penonton, atau Stadion Uwes Qorny, Rangkasbitung, yang lebih kecil. (Nama stadion berasal dari nama almarhum Uwes Qorny, salah seorang tokoh berdirinya Provinsi Banten). Jika konser dihelat lebih dari satu kali, panggung lainnya adalah Gelora Bung Karno atau Jakarta International Stadium (JIS) yang sama-sama gigantik.

Pecinta musik rock mancanegara akan berdatangan. Bersama penonton domestik dari era 80-90’an yang kini menjadi kelas menengah mapan akan menciptakan “Van Halenomics” yang menggerakkan ekonomi Rangkasbitung dan Banten secara lokal dan ekonomi Indonesia secara nasional.  Sementara bagi Alex dan Wolfie, kedatangan ke Rangkasbitung yang merupakan tanah kelahiran ibu dan nenek mereka Eugenia, akan menjadi perjalanan emosional-kultural mencari akar silsilah dan sejarah. Maka, “Van Halen in Indonesia Tour” ini akan berubah derajatnya dari konser biasa menjadi konser sarat makna.

Jika tulisan dan ide ini sampai ke layar gawai Menko Marves Luhut Panjaitan dan Menparekraf Sandiaga Uno, yakinlah Bapak-bapak, bahwa konser ini bisa menjadi tandingan konser Taylor Swift di Singapura tanpa menjadikan Indonesia terlihat sebagai follower mereka yang membabi buta. Tentu selama spirit kolaborasi “entrepreneurial government” terpenuhi.

Halaman:
1
2
3
4

Berita Terkait