Singapura Terdampak Swiftonomics, Indonesia Bisa juga dengan Van Halenomics: Sandiaga Uno Punya Tugas
- Penulis : Krista Riyanto
- Minggu, 10 Maret 2024 08:25 WIB
Oleh Akmal Nasery Basral*
ORBITINDONESIA.COM - Pengantar: Sabtu petang jelang maghrib kemarin (9/3) saya dikontak kawan lama, Gonon Suherman. Alumnus Jurusan Ilmu Politik UI 1987 itu menyampaikan sejumlah informasi yang menurutnya harus saya ketahui, sekaligus menyampaikan harapan agar saya kembali menulis di bulan Ramadan serial opini populer SKEMA (Sketsa Masyarakat) seperti pada bulan suci tahun sebelumnya yang mengulas satu topik setiap hari dari sudut pandang sosiologi.
Untuk menghormati permintaannya, saya tuliskan topik ini meski tidak berkaitan dengan Ramadan tapi merupakan salah satu topik viral sepekan terakhir.
Baca Juga: KEREN! Tulus Ungguli Penyanyi Global dari BTS sampai Justin Bieber dan Taylor Swift
Saya dan Gonon bukan Swifties, seperti—mungkin--sebagian besar pembaca tulisan ini. Swifties adalah julukan bagi fans Taylor Swift kelas berat yang hapal seluruh judul album, judul lagu, syair lengkap hingga titik koma, jadwal konser “The Eras Tour” di seluruh dunia, serta info trivia lainnya dari sang penyanyi pop-country.
Tsunami popularitasnya menyebabkan pengaruh ekonomi yang disebut Swiftonomics.
Dahsyatnya Swiftonomics terlihat pada KTT ASEAN-Australia di Melbourne, 4-6 Maret. Krisis kemanusiaan di Myanmar dan ketegangan politik di Laut Cina Selatan yang seharusnya menjadi agenda utama pertemuan, akhirnya tergeser gelombang topik Swiftonomics.
PM Australia Anthony Albanese dan PM Singapura Lee Hsien Loong membicarakan itu saat melakukan jumpa pers bersama.
Untuk konser “The Eras Tour” tahun 2024 di kawasan Asia Pasifik, memang hanya kedua negara plus Jepang yang mendapatkan jatah menyelenggarakan konser dari manajemen Taylor Swift.
Menteri Pariwisata da Ekonomi Kreatif Sandiaga Uno melihat kesuksesan tiga negara tersebut adalah ciri entrepreneurial government yang kohesif antara pemerintah dengan pengusaha sektor hiburan dan pertunjukan dalam ekosistem bisnis musik global.
Sebagai ilustrasi di AS tahun 2023, Swiftonomics menggerakkan roda perekonomian mencapai $5 miliar, atau lebih besar dari ekonomi Timor Leste. Konser 6 hari di Singapura, 3–9 Maret, yang baru usai berhasil mendulang keuntungan Sin $500 juta setara Rp6 triliun bagi ekonomi Singapura. Bikin kesal Pemerintah Thailand dan Filipina yang keki dengan cara Singapura memonopoli sang penyanyi.