Goenawan Mohamad: Tiga Titisan Wishnu
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Jumat, 08 Maret 2024 03:49 WIB
Bagian “Mausala Parwa” dalam kitab Mahabharata menggambarkan akhir yang tragis itu: Kresna, manusia titisan Wishnu yang berkuasa di Dwaraka dan dikenal sebagai penasihat para Pandawa yang bijak-bestari, menyaksikan bagaimana tanda-tanda datang.
“Perempuan-perempuan tiap malam bermimpi: seorang wanita berwajah hitam bergigi putih masuk ke rumah-rumah, ketawa nyaring, berlari di seantero Dwaraka, merenggutkan tiap jimat keberuntungan. Para lelaki bermimpi tentang burung-burung nasar yang menakutkan yang menerobos kamar dan menggerogoti tubuh”.
Para bangsawan mabuk-mabukan, bunuh-membunuh. Putra mahkota, Samba, dan Setyaki, panglima kepercayaan, tewas. Baladewa, kakak baginda, tenggelam di laut.
Baca Juga: Goenawan Mohamad: ELIEZER
Kresna tahu, ia dikutuk Gandari. Ibu para Kurawa yang kehilangan 100 anaknya dalam perang itu menggugat Kresna. Tokoh yang dihormati semua pihak ini seharusnya bisa mencegah Bharatayudha meletus —tapi ia tak melakukan itu.
Kresna mencoba membela diri, tapi ia tahu tangannya tak bersih. Di akhir parwa diceritakan bagaimana ia bersemadi di hutan dan berbaring dalam yoga. Seorang pemburu yang menyangka tubuh itu kijang membidikkan tombaknya. Tumit Kresna tertikam; ia tewas.
Bukan kematian itu yang membuat cerita ini muram, tapi kesia-siaan. Tahta di tangan, kemenangan dicapai, tapi Kresna terbunuh seperti hewan buruan.
Baca Juga: Goenawan Mohamad: Takhayul
Cerita kedua tentang Rama. Kita tahu kisahnya: Rama, raja Ayodya titisan Wishnu, menang perang. Ia berhasil merebut kembali Sita setelah setahun permaisuri ini disekap di istana Rahwana, raja Alengka.
Tapi kebahagiaan tak menutup cerita ini. Setelah beberapa pekan Sita tinggal di Istana Ayodya lagi, Rama ragu: benarkah isterinya tetap setia selama dalam kekuasaan seorang lelaki perkasa, Rahwana?
Baginda pun meminta permaisurinya menempuh ujian api: unggun dibangun, tumpukan kayu dibakar dan di dalam nyala itu Sita harus bertahan. Jika api tak melukainya, berarti ia masih suci.
Baca Juga: VIRAL! Penjelasan Goenawan Mohamad tentang Presiden Jokowi
Dalam salah satu versi, Shita lenyap. Ia masuk ke dalam tanah. Ibunya, dewi bumi, memeluknya.