Tulisan Ganjar Pranowo di Majalah Internasional The Economist, 7 Februari 2024
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 08 Februari 2024 13:20 WIB
Latar belakang dari tantangan-tantangan ini adalah dunia yang telah mengalami kemunduran demokrasi selama bertahun-tahun.
Sepintas lalu, tahun 2024 akan menjadi festival demokrasi. Negara-negara dengan jumlah penduduk gabungan lebih dari 4 miliar diperkirakan akan menyelenggarakan pemilu nasional, termasuk, pada tanggal 14 Februari, pemilu saya sendiri, Indonesia, di mana saya mencalonkan diri sebagai salah satu dari tiga calon presiden.
Namun menurunnya kualitas demokrasi menjadi perhatian serius. Banyak negara mengalami pelemahan institusi demokrasi. Dalam beberapa kasus, integritas pemilu diremehkan oleh para partisipan dalam proses demokrasi.
Sayangnya, Indonesia, negara demokrasi terbesar ketiga di dunia setelah India dan Amerika, menghadapi tantangan yang sama. Ketika masyarakat yang diharapkan untuk mematuhi aturan main demokrasi mulai melanggar aturan tersebut, masa depan demokrasi kita benar-benar dipertaruhkan.
Misalnya, Mahkamah Konstitusi yang dipimpin oleh saudara ipar Presiden Joko Widodo, dalam sebuah keputusan kontroversial, mengubah batas usia calon presiden dan wakil presiden sehingga anak presiden dapat mencalonkan diri sebagai wakil presiden.
Ada pula laporan dan dugaan bahwa aparatur negara sudah tidak netral lagi dan malah aktif mendukung salah satu kandidat.
Namun, Indonesia mempunyai beberapa keunggulan yang bertahan lama. Diberkahi dengan harta melimpah. Negara ini menuai keuntungan demografi seiring dengan pertumbuhan populasi usia kerja – yaitu mereka yang berusia antara 15 dan 64 tahun.
Diperkirakan pada tahun 2030, sekitar 203 juta penduduk Indonesia, atau sekitar 68% populasi, akan termasuk dalam kelompok ini. Hal ini merupakan basis besar potensi manusia untuk mendorong pembangunan ekonomi.
Masyarakat Indonesia menyadari bahwa peluang ini tidak akan bertahan selamanya. Berdasarkan laporan terbaru mengenai proyeksi jumlah penduduk dari Badan Perencanaan Nasional (Bappenas), ledakan usia produktif akan berakhir pada tahun 2041.
Oleh karena itu, inilah saatnya bagi Indonesia untuk mengintensifkan upayanya untuk mendorong pembangunan sumber daya manusia yang lebih cepat: berkualitas tinggi. pendidikan, akses yang lebih baik terhadap layanan kesehatan dan mempersempit kesenjangan digital.