Puisi Esai Denny JA: Cintaku Tak Menentu di Pengungsian
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 26 Agustus 2022 18:46 WIB
Faras teringat kemesraan itu.
Sore hari, di tepi sawah, di pondok, mereka berencana.
Itu tiga bulan lalu.
“Faras sayangku, 28 Oktober 2012 itu hari baik. Hari Sumpah Pemuda. Perbedaan etnik dan agama dikalahkan oleh persatuan Indonesia.”
“Itu hari baik kita menikah. Kau orang Bali. Aku orang Lampung. Kita menikah di hari Sumpah Pemuda. Kita menjadi Indonesia yang mengalahkan perbedaan agama dan etnik.”
“Ah, Asif,” Gumam Faras dalam hati. “Kau selalu pandai membuatku bahagia.”
Tapi tanggal 27 Oktober 2012, sehari sebelum pernikahan, dari desa Agom, tempat asal Asif, menyerang desa Balinuraga, tempat asal Faras. Terjadi huru-hara. Perang. Konflik.
Puluhan rumah dirusak. Dibakar. Rumah Faras juga hancur.
Ratusan orang menyerang.
Empat belas orang mati.