A. Kunarwoko: Gerundelan Orang Republik, Gerundelan Orang Katolik
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 16 November 2023 10:20 WIB
“Perang” antara politik moral dengan politik kekuasaan seakan-akan menjadi pertempuran abadi. Seperti Pandawa lawan Astina. Politik moral dan politik kekuasaan, jangan-jangan memang ditakdirkan tak pernah bisa bertemu.
Politik moral inilah yang sejatinya dihidupi oleh Romo Mangun sebagai penggerak perjuangannya di tengah mereka yang terpinggirkan oleh sistem. Barangkali penghayatan politik ini didapat dari Sutan Sjahrir yang menjadi idolanya.
Baca Juga: KPK OTT Sejumlah Pejabat di Kejari hingga Staf Dinas PUPR di Bondowoso Berkaitan Suap Proyek
Maka, tak bisa dipungkiri bahwa aksinya yang bersinggungan pertama kali dengan pemerintah terjadi pada tahun 1966. Bersama dengan 21 pastor lain di DIY, Romo Mangun tahun 1966 itu pernah melakukan protes terhadap pembangunan yang tidak memihak rakyat kecil.
Dengan protes yang melibatkan rekan-rekan imam Keuskupan Agung Semarang itu, Romo Mangun ingin mempraktikkan panggilan politik moral, yaitu upaya nyata membela kepentingan dan kesejahteraan orang banyak terutama mereka yang terpinggirkan.
Keberpihakan Romo Mangun pada mereka yang terpinggirkan juga dilakukan dalam kurun waktu 1980-1986. Romo Mangun hadir, datang, dan tinggal di tengah warga Kali Code yang hendak digusur. Ia bahkan sempat mengancam akan melakukan mogok makan, kalau sampai orang-orang miskin di Kali Code itu digusur.
Pada 1987 di Grigak, Gunung Kidul, bersama penduduk setempat Romo Mangun melakukan macam-macam upaya untuk membuat penampungan air bersih. Pada 1986-1994, Romo Mangun turut mendampingi para warga korban pembangunan waduk Kedung Ombo di Boyolali Jawa Tengah.
4 hari menjelang Pemilu, tepatnya pada hari Sabtu 10 Februari 2024, kita akan memperingati tepat 25 tahun Romo J.B.Mangunwijaya dipanggil Tuhan. Sejarah telah dan akan terus mencatat kebesaran seorang Mangunwijaya.
Ia manusia dengan seribu julukan: arsitek, budayawan, sastrawan, penulis, novelis, pastor desa, guru, pendidik, pendekar Kali Code, pembela orang kecil, malaekat, sang burung manyar, nabi jaman ini, pastor Katolik paling top sepanjang sejarah gereja Indonesia, katekis besar, tempat anak-anak yang tergusur mengadu.
Karena hidup dan karya Romo Mangun begitu hebat, maka Romo Mangun diakui bangsa Indonesia sebagai guru bangsa, guru kemanusiaan, dan guru hidup. Ini julukan dan pengakuan yang bukan main dan bukan main-main.