Fahd Pahdepie: Pilpres 2024 dan Perang Kampanye Subliminal
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 13 Oktober 2023 14:15 WIB
Baca Juga: Pengakuan Bendahara Partai NasDem, Terima Aliran Uang dari Tersangka Korupsi Syahrul Yasin Limpo
Pesan subliminal lain yang coba diinstall dalam kampanye 2024 kali ini adalah ‘bunyi’ saat mengucapkan kata ‘amin’ dalam doa.
Bayangkan dalam pertemuan-pertemuan besar atau kecil, dalam percakapan warung kopi atau obrolan media sosial, orang diberi doa-doa dan kalimat-kalimat baik, apa yang akan diucapkan orang yang mendengarnya? ‘Amin’, bukan? Sesederhana ‘caption’ di instagram, ‘amin’-kan doa baik ini, tuliskan di kolom komentar.
Kata ‘amin’ ini generik, semua orang tahu, mudah, dan kuat. Tak mengherankan kata ini yang dipilih tim Anies Baswedan-Muhaimin Iskandar untuk membuat akronim pasangan itu.
Nantinya, pasangan lawan mereka, atau partai yang tidak mendukung mereka, saat berdoa di acara-acara besar, harus berpikir mengganti kata ‘amin’ menjadi yang lain. Ini benar-benar sudah terjadi.
Baca Juga: Diskusi Satupena, Jodhi Yudono: Masih Ada Jarak Antara Puisi dan Masyarakat, Saat Dimusikalisasikan
Apalagi aturan KPU dan Undang-undang pemilu tak bisa mencegah orang menjawab ‘amin’ saat didoakan di TPS nanti.
Yang belum terlihat menggunakan teknik ‘subliminal campaign’ adalah capres Prabowo Subianto. Dari satu pilpres ke pilpres lain, Prabowo selalu bermain di korteks dan neokorteks, di wilayah pikiran sadar.
Pesan-pesan dan simbolnya sering terlalu ‘terang benderang’, canggih dan kompleks. Misalnya garuda merah, gestur hormat, atau lainnya. Kurang ‘subliminal’.
Termasuk kali ini, pemrograman pikiran bawah sadar apa yang sedang dirancang? Bagaimana melawan kampanye subliminal hitam-putihnya Ganjar atau Amin-nya Anies? Ini tantangan tersendiri untuk tim Prabowo Subianto, yang konon menerapkan strategi berbeda dalam pilpres kali ini. Layak untuk kita nantikan.