DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Fajar B Hirawan: Anomali Potensi Ekonomi dan Capaian Sosial Kependudukan di Jawa Tengah

image
Fajar B Hirawan, Ketua Departemen Ekonomi CSIS

Setidaknya ada beberapa indikator lainnya yang dapat digunakan, seperti ketimpangan, pengangguran, kerawanan pangan, dan indeks pembangunan manusia. Beberapa indikator ini harusnya dapat menjadi pelengkap dalam menjelaskan capaian sosial dan kependudukan di provinsi yang ingin ditelaah.

Dari sudut pandang ketimpangan, berdasarkan data BPS terakhir, rata-rata nasional menunjukkan angka koefisien gini (perkotaan dan perdesaan) sebesar 0,381. Jika nilai koefisien gini mendekati 1 artinya semakin timpang, sedangkan jika nilainya mendekati 0 artinya semakin merata (tidak timpang).

Baca Juga: Inilah Sinopsis Lengkap dengan Daftar Pemeran Film Horor Terbaru Siksa Kubur Garapan Joko Anwar

Dalam hal ini, Jawa Tengah (0,366), Jawa Timur (0,365), dan Banten (0,377) merupakan Provinsi yang nilai koefisien gininya di bawah rata-rata nasional. Sementara itu, DKI Jakarta (0,412), Jawa Barat (0,412), dan DI Yogyakarta (0,459). Indikator ini sepertinya sangat relevan untuk melengkapi data kemiskinan yang dibahas oleh Denny JA.

Selanjutnya, data BPS per Februari 2023 terkait tingkat pengangguran terbuka, jika dilihat secara rata-rata nasional, angkanya adalah sebesar 5,45 persen. Pengangguran terbuka sendiri secara definisi adalah persentase jumlah pengangguran terhadap jumlah angkatan kerja.

Dalam hal ini DI Yogyakarta (3,58 persen), Jawa Timur (4,33 persen), dan Jawa Tengah (5,24 persen) menjadi Provinsi di Pulau Jawa yang persentase tingkat pengangguran terbukanya di bawah rata-rata nasional. Sedangkan, DKI Jakarta (7,57 persen), Jawa Barat (7,89 persen), dan Banten (7,97 persen), persentase tingkat pengangguran terbukanya berada di atas rata-rata nasional.

Sementara itu, dari perspektif kerawanan pangan, indikator prevalensi penduduk dengan kerawanan pangan sedang atau berat menunjukkan rata-rata nasional sebesar 4,85 persen di tahun 2022.

Baca Juga: Berusaha Perbaiki Kesalahan, Kim Hieora Datangi Langsung Korban Kasus Bully Usai Diberitakan Dispatch

Dalam hal ini, Jawa Tengah (3,00 persen), DI Yogyakarta (2,69 persen), Jawa Timur (3,16 persen), dan DKI Jakarta (3,77 persen), memiliki persentase kerawanan pangan di bawah rata-rata nasional. Sementara itu, yang cukup mengejutkan adalah Jawa Barat ( 5,18 persen) dan Banten (5,62 persen) yang justru memiliki persentase kerawanan pangan di atas rata-rata nasional.

Dan yang terakhir adalah indikator terkait Indeks Pembangunan Manusia (IPM). Berdasarkan data BPS, di tahun 2022, rata-rata nasional IPM berada di angka 72,91. Angka ini tidak banyak berubah sejak tahun 2020 yang berada di kisaran 71,94 - 72,29.

Halaman:
1
2
3
4
5
6
7

Berita Terkait