Fajar B Hirawan: Anomali Potensi Ekonomi dan Capaian Sosial Kependudukan di Jawa Tengah
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 15 September 2023 03:46 WIB
Tulisan Denny JA yang berjudul ”Kemiskinan di Jawa Tengah Batu Sandungan Ganjar Pranowo Terpilih Menjadi Presiden?” tampaknya berupaya untuk membahas isu sosial dan kependudukan yang cenderung anomali, dengan fakta bahwa Provinsi di Pulau Jawa, khususnya Jawa Tengah, yang seharusnya punya potensi ekonomi yang cukup menjanjikan.
Potensi Jawa Tengah di sektor industri pengolahan, pertanian, dan perdagangan seharusnya menjadi peluang bagi provinsi ini untuk memperbaiki isu sosial dan kependudukannya.
Tulisan ini akan mengupas kinerja dan capaian ekonomi, termasuk terkait isu sosial dan kependudukan di Provinsi Jawa Tengah, sekaligus menanggapi apa yang dibahas oleh Denny JA dalam tulisannya terkait kemiskinan di Jawa Tengah.
Potensi Ekonomi Jawa Tengah
Berbicara terkait kontribusi Pulau Jawa, pembangunan di Indonesia dalam 10 tahun terakhir diupayakan untuk mendorong pembangunan yang bersifat Indonesia sentris dan bukan Jawa sentris. Tetapi tetap saja dominasi Pulau Jawa sebagai penyokong pertumbuhan ekonomi nasional masih sangat terlihat jelas.
Baca Juga: Inilah Profil Lengkap Karen Agustiawan yang Disebut Tersangka Kasus LNG Pertamina oleh Dahlan Iskan
Berdasarkan sisi pengeluaran, Pulau Jawa disokong oleh konsumsi rumah tangga yang masih sangat superior kontribusinya, yaitu di atas 60 persen. Sementara itu, dari sisi lapangan usaha, industri pengolahan dan perdagangan menjadi sektor primadona bagi keempat Provinsi penyumbang terbesar terhadap perekonomian Pulau Jawa.
Jawa Tengah merupakan salah satu provinsi di Pulau Jawa yang juga memiliki karakteristik ekonomi, khususnya struktur Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang identik dengan ketiga provinsi penyumbang utama di Pulau Jawa.
Berdasarkan data terakhir BPS Jawa Tengah, kontribusi konsumsi rumah tangga mencapai 60 persen terhadap perekonomian di Provinsi tersebut.
Sementara itu, dari sisi lapangan usaha, sektor industri pengolahan berkontribusi sebesar 34 persen, disusul sektor pertanian, kehutanan, dan perikanan dengan kontribusi sebesar 14,46 persen, serta sektor perdagangan (13,61 persen).