Esthi Susanti Hudiono: Kesadaran Masyarakat Akan Pencemaran Lingkungan
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Minggu, 10 September 2023 09:30 WIB
Polusi udara di Jakarta langsung terkait dengan kendaraan sepeda motor dan mobil. Korban penghidup udara polusi masih tidak peduli. Pemerintah belum mampu melakukan pembatasan jumlah kendaraan yang ada.
Secara langsung penghirup polusi terancam untuk menderita kanker. Jadi ada masalah kesadaran di tingkat individu dan kelalaian pemerintah dalam menjaga kesehatan masyarakat melalui skema pencegahan.
Ini terjadi terkait dengan usaha besar di bidang kendaraan. Mau memotong sumber rejeki di bidang ini hadapi masalah praktis langsung.
Menurutku masalah kendaraan ini bisa diatasi jika para entrepreneur di bidang ini bangkit kesadarannya dengan mereka membatasi sendiri produksi dan impor kendaraan lalu mereka masuk ke dalam kendaraan ramah lingkungan.
Baca Juga: Daftar Karakter Pemakan Buah Iblis di Manga One Piece Tapi Penggunanya Lemah dan Mudah Dikalahkan
Secara makro udara sehat terkait dengan pohon, hutan dan tanah produktif (tanah pertanian yang diubah menjadi pabrik dan perumahan). Setiap tahun menurut data lain bahwa ada pengurangan lahan hutan dan tanah produktif dalam jumlah besar sekali.
Celakanya terjadi di semua jengkal daerah yang ada. Ini isu makro di mana pemerintah juga terlibat dan bersalah besar. Skema tata kotanya jika kita audit maka saya yakni akan menemukan pelanggaran serius.
Siapa yang mau dan mempunyai waktu serta dana untuk mengaudit tata kota yang ada? Terjadi terus menerus pengurangan hutan untuk penanaman kelapa sawit. Secara nyata gerakan ini telah menjadi masalah kebakaran hutan yang datangkan polusi sampai ke negara tetangga.
Tanah pertanian yang dialihkan menjadi industri dan perumahan telah menjadi sumber datangkan bencana banjir. Banjir yang terjadi dengan frekwensi semakin sering dan penambahan setting baru, belum disikapi dan ditindaklanjuti dengan bermakna oleh pemerintah dan masyarakat.
Baca Juga: Herman Khaeron Demokrat: Akan Ada Pertemuan Megawati dan SBY