Haidar Bagir: Membedah Ilusi Identitas Arab di Indonesia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Selasa, 27 Juni 2023 07:25 WIB
ORBITINDONESIA.COM - Saya Haidar Bagir Alhabsyi. Tetapi saya tak pernah memakai nama marga saya itu—Alhabsyi—di belakang nama saya. Dan jika ingatan saya benar, saya dengan penuh kesadaran melakukan hal itu.
Kesadaran apa itu? Karena saya tak ingin diidentifikasi sebagai “Arab” dan lebih senang dianggap sebagai bangsa Indonesia seperti yang lain (sayang sekali wajah saya: alis, mata, hidung, sama sekali tak menggambarkan keindonesiaan. Apa boleh buat, wong sudah dari sononya begitu…).
Dan ternyata bukan hanya saya saja. Kami delapan bersaudara tak ada satu pun yang menempelkan nama marga kami di belakang nama kami. Dan ayah kami pun, Muhammad Bagir Alhabsyi, bukan saja tak berkeberatan, namun justru mendukung sikap dan keputusan kami.
Baca Juga: Ketum GAPMMI: Ada Pihak yang Mencatut Nama Saya Dalam Isu Pelabelan BPA
Ayah kami, yang lahir dari seorang ayah migran asli kelahiran Provinsi Hadramaut, Yaman (Selatan), memang menunjukkan preferensi yang sama. Meski beliau seorang ustaz yang sering didaulat untuk berceramah agama, beliau memilih untuk selalu memakai sarung, kemeja (tak jarang dibalut jas), dan songkok hitam khas Nusantara.
Banyak orang menyukai ceramah beliau yang progresif, cenderung rasional, tetapi mudah dipahami. Meski tidak semua, audiensnya adalah sesama orang keturunan Yaman di Solo.
Mereka memuji-muji ilmu beliau. Kalaupun ada kritik, maka itu terkait soal pakaian. Sebagai ustaz keturunan Yaman—habib pula—orang berharap ayah saya memakai jubah putih dan kopiah putih juga ala habaib.
Tetapi ayah saya selalu menolak. Pakaiannya tak pernah berubah, yakni pakaian umumnya ustaz Indonesia.
Baca Juga: Jelang Musim Baru, Luiz Diaz Kenakan Nomor 7 Milik James Milner
Bahkan, bukan itu saja, ayah saya adalah di antara pengambil keputusan dalam perubahan nama sekolah yang dipimpinnya, dari nama berbau Arab ke nama asli Indonesia.