Bendera LGBT di Masjid dan Menjadi Muslim dengan Nilai Eropa
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 07 Juli 2022 09:10 WIB
Baca Juga: Cara Paling Ampuh untuk Mengubah Klik menjadi Pelanggan
Di era ini, LGBT diakui sebagai bagian hak asasi manusia. Sudah 31 negara mengesahkan pernikahan sejenis, pernikahan LGBT.
Asosiasi dokter, psikolog dan psikiater di dunia barat, juga WHO, sudah jelas menyatakan LGBT bukan penyimpangan, bukan penyakit. Itu hanya varian yang normal dari perbedaan orientasi seksual belaka.
Jika kita bisa menerima perbedaan agama, bahkan bisa menerima perbedaan keyakinan tentang Tuhan, mengapa kita tak bisa menerima perbedaan paham tentang LBGT?
Kini tak hanya gereja yang juga memiliki gereja pro-LGBT. Mesjid juga mulai tumbuh yang pro-LGBT di dunia barat sana.
Baca Juga: 5 Zodiak Paling Pekerja Keras dan Berpotensi Jadi Orang Kaya
Inilah masalah pelik yang dihadapi dunia agama. Setelah Nabi wafat, tak ada lagi interpretasi tunggal mengenai agama. Beragama menjadi pertarungan tafsir.
Dua tafsir yang berbeda bahkan bertentangan dapat hidup. Tinggalah umatnya memilih ingin perang atau hidup damai berdampingan soal perbedaan tafsir.
Agama Islam meyakini yang akan dikurbankan oleh Nabi Ibrahim adalah Ismail. Tapi agama kristen meyakini yang akan dikurbankan Nabi Ibrahim adalah Ishak.
Kita tahu, mustahil dua keyakinan itu benar kedua- duanya. Pasti ada salah satu keyakinan yang salah.