Bendera LGBT di Masjid dan Menjadi Muslim dengan Nilai Eropa
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 07 Juli 2022 09:10 WIB
Baca Juga: Jaksa Agung ST Burhanuddin Minta SMSI Kawal Kinerja Jaksa
Di mesjid itu, sebagaimana juga di mesjid Ibn Rush- Goethe, mereka juga mempraktikkan shalat yang tak memisahkan pria dan wanita.
Dalam mesjid, tak ada batas tempat pria dan wanita. Mereka semua bercampur menjadi satu, sholat bersama.
Para perempuan di sana juga tak harus mengenakan mukena untuk shalat. Mereka bisa shalat hanya dengan menggunakan jeans dan baju biasa.
Jika sebuah keluarga datang ke masjid, atau sekumpulan para sahabat pria dan wanita shalat bersama di mesjid, mereka tak perlu dipisahkan areanya. Mereka semua mahluk Tuhan yang sama, dan bersama pula mereka dapat berbaur, bercampur shalat di mesjid.
Baca Juga: Piala AFF U19: Indonesia Ngeri-ngeri Sedap untuk Bisa Lolos ke Semifinal
Sejak tahun 1990-an, cendikiawan sudah mendeklarasikan itu. Yaitu hadirnya Muslim Eropa. Datangnya Muslim Eropa. Perlunya Muslim Eropa.
Muslim Eropa adalah istilah untuk orang Eropa, yang mayoritas kulit putih, yang memilih beragama Islam, dan tetap menjalankan western values.
Muslim Eropa ini tak ingin meneruskan gaya hidup, filosofi, dan kultur yang mereka sebut berasal dari Islam Timur Tengah.
Islam di Eropa boleh memilih beragama Islam tapi dengan nilai Eropa. Muslim dengan Western Values baik untuk soal ekonomi, politik, budaya dan gaya hidup.