Dari Ajang IMLF: Paparan Victor Pogadaev, David Reeve, Hingga Tantangan Denny JA
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Jumat, 03 Maret 2023 22:46 WIB
IMLF memilih tema “Membangun Sinergi Dalam Mengembangkan Kompetensi Sosio-Kultural Berbasis Literasi di Era Globalisasi.” Tema ini relevan dengan berbagai tantangan sosio-kultural yang dihadapi Indonesia, dan tentunya juga dihadapi pendukung literasi dan budaya Minangkabau saat ini.
Menurut panitia IMLF, filosofi budaya literasi Minangkabau adalah “alam takambang jadi guru,” yang menjadi fondasi esensial kecakapan literasi, untuk mampu memahami teks-teks kecakapan semantik/rasional, kecakapan simbolik atau semiotik/rasa, dan kecakapan spiritual.
Namun, berbagai kecakapan ini telah semakin surut. Padahal, literasi budaya Minangkabau yang dilandasi filosofi tersebut relatif bersifat universal dan relevan secara historis-kontekstual.
Baik itu dalam dimensi sastra dan seni, maupun diplomasi, politik, birokrasi, demokrasi, adaptasi dan relasi multikultural.
Maka, perlu sinergitas kolaboratif dari semua pemangku kepentingan, untuk melakukan gerakan revitalisasi melalui penguatan literasi budaya luhur tersebut.
Sejarah literasi Minangkabau, lisan maupun tulisan, fiksi maupun nonfiksi, menunjukkan jejak kecemerlangan yang mencerdaskan. Yakni, jejak-jejak dalam penggalangan kebangkitan nasional dan pembentukan bangsa dan negara yang multikultural (Bhinneka Tunggal Ika).
Tetapi panitia IMLF melihat, pada lima dasawarsa terakhir kecendekiaan itu menunjukkan gejala surut dan semakin surut.
Maka, gerakan literasi bahasa, sastra, dan budaya Minangkabau harus dibangkitkan kembali melalui program pemajuan (perlindungan, pengembangan, pemanfaatan dan pembinaan).