Kuratorial Lukisan Denny JA, Resma Ramesh dkk di Pameran Seni Rupa International Minangkabau Literacy Festiva
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 27 Februari 2023 09:06 WIB
Akan halnya lingkup senirupa berbasis artificial intelligence yang menjadi fenomena baru dalam perkembangan senirupa modern saat ini, tentu sangat menarik untuk dibahas lebih lanjut.
Teknologi digital membuat batasan pada klasifikasi seni menjadi semakin baur. Seperti halnya ketika awal berkembangnya seni fotografi, keterlibatan Artificial intelligence dalam dalam dunia seni menimbulkan berbagai pertanyaan dan melahirkan diskursus panjang.
Di satu sisi, khususnya para pelaku seni rupa mempertanyakan apakah karya yang dihasilkan AI merupakan karya seni.
Pertanyaan ini tentunya berdasarkan bahwa karya seni dibuat dengan jiwa dan emosi pekaryanya, hal yang tidak bisa digantikan oleh mesin.
Senada dengan pendapat ini, sebagian orang menganggap bahwa seni tidak selalu bergantung pada apa yang didapatkan oleh audiens ketika mengapresiasinya.
Sisi lainnya berpendapat bahwa AI hanyalah sebagai media atau alat yang dimanfaatkan oleh seniman dalam menuangkan berbagai ide dan gagasan. Dan hasil karya yang di buat dengan media AI tetap memiliki emosi dan jiwa berdasarkan si pembuatnya.
Disadari atau tidak, penggunaan AI dalam bidang seni kreatif sudah menjadi hal wajar untuk sebagian besar orang. Fitur-fitur yang sering kita jumpai di perangkat lunak penyunting gambar seperti penghalus garis, penajam gambar, sampai ke penghapus latar belakang otomatis merupakan salah satu sistem kecerdasan buatan yang dapat memudahkan manusia di bidang seni kreatif.
Salah satu hal yang menjadi batasan utama AI dalam menciptakan sebuah seni adalah ketidakmampuan-nya untuk memahami dan menginterpretasikan pengalaman manusia.
Meskipun AI dapat menganalisis dan belajar dari sejumlah data yang besar secara cepat, AI tidak memiliki kemampuan untuk berempati dan memahami kompleksitas dari kondisi manusia.
Artinya, ide kreatif dan solusi yang dihasilkan oleh AI akan cenderung memiliki keterbatasan pada kedalaman emosional dan nuansa yang menjadi ciri khas pemikiran terbaik manusia.