Analisis: Konsolidasi Buzzer Anies Baswedan yang Tak Mau Disebut Buzzer
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Kamis, 03 November 2022 09:05 WIB
ORBITINDONESIA - Tim buzzer Anies Baswedan saat ini sedang sibuk konsolidasi dan berkolaborasi. Konsolidasi tim buzzer Anies dianggap penting.
Ini karena pertarungan merebut suara publik berlangsung di media online dan medsos. Anies Baswedan sudah dideklarasikan sebagai bakal capres oleh partai Nasdem.
Namun, untuk Anies Baswedan sah jadi capres, suara Nasdem belum cukup. Anies butuh suara partai-partai lain untuk memenuhi presidential threshold.
Baca Juga: Pekan Depan, Drawing 16 Besar Liga Champion
Maka kini Anies menggebu-gebu menggalang opini publik. Pasalnya, waktu terus berjalan semakin mendekati Pilpres 2024.
Konsolidasi tim buzzer Anies bocor ke publik berkat keteledoran Musni Umar. Mantan Rektor Universitas Ibnu Chaldun itu keceplosan bercerita di akun twitternya.
Ia menuliskan, dirinya bertemu dengan tim buzzer Anies. Di cuitan 22 Oktober, ia mengatakan, siang sampai sore hari itu ada latihan Relawan Digital Anies Baswedan.
Latihan itu diadakan di Hotel Oasis, Senen, Jakarta. Musni diundang Dr Sulhan untuk menghadiri latihan itu sekaligus kasih sambutan.
Baca Juga: Tim Penyidik dan Dokter KPK Temui Lukas Enembe Kamis Siang Ini
Kemudian, di cuitan 29 Oktober, Musni melaporkan hal lain. Yakni, ia dan Dr Sulhan memfasilitasi pertemuan Tim Medsos Anies dengan Relawan Digital Anies. Tujuan pertemuan itu adalah untuk kolaborasi.
Baru-baru ini, ternyata cuitan Musni tanggal 29 Oktober dihapus. Namun bukti screenshot cuitan sudah terlanjur diperoleh netizen. Kenapa dihapus?
Jelas, karena cuitan ini akan menjadi bumerang dan bisa mempermalukan. Pertama, ini bukti bahwa Musni Umar menjadi fasilitator tim buzzer Anies. Kedua, ini bukti bahwa Anies juga secara serius memelihara tim buzzer.
Lucunya, kubu pendukung Anies sering berlagak suci. Mereka sering menghina netizen yang membela posisi pemerintah sebagai buzzerRp. Netizen yang kritis pada Anies dikutuk, seolah pasti masuk neraka.
Baca Juga: Webinar Satupena Akan Diskusikan Hubungan Agama dan Adat Tradisi, Khususnya Kasus Yogyakarta
Sedangkan buzzer yang membela Anies diberi julukan yang positif atau netral. Seperti: tim medsos dan relawan digital.
Mereka menolak disebut buzzer. Padahal perilaku dan aktivitasnya ya persis seperti buzzer biasa. Mereka menyerang lawan-lawan politik Anies dengan keras.
Mereka tak segan memainkan hoaks dan plintiran informasi. Namun mereka lihay bermain kata, untuk tampil suci tanpa cela.
Kini berkat cuitan Musni, kita tahu Buzzer Anies itu nyata adanya. Malah mereka membuat pelatihan segala. Tujuannya, tentu agar aktivitas buzzer-nya efektif.
Baca Juga: Presiden Jokowi dan Presiden Putin Teleponan Lama Sekali, Inilah yang Mereka Bahas
Mereka akan memulas habis citra Anies di mata publik. Yakni, agar jalan Anies menuju Pilpres 2024 lancar jaya.
Karena pelatihannya di hotel, pasti tim buzzer dan medsos ini juga didukung dana. Mereka bukan aktivis sukarelawan biasa, yang kerja gratisan.
Pemanfaatan buzzer oleh Anies sebenarnya bukan baru sekarang saja. Setahun lalu, November 2021, Anies memiliki tim buzzer lain.
Kali ini cukup istimewa karena pakai embel-embel agama. Tim buzzer ini dibentuk oleh Majelis Ulama Indonesia atau MUI DKI Jakarta.
Baca Juga: Brian Kukuh: Kejaksaan Negeri Cianjur Jawa Barat Awasi Terus Pengelolaan Dana Desa
Sebelum tim buzzer dibentuk, MUI DKI diberi dana hibah oleh Pemprov DKI. Hibah itu sangat besar, nilainya Rp 10,6 miliar.
Buzzer bentukan MUI DKI ini diberi nama Cyber Army. Namanya keren, tetapi kerjanya ya seperti buzzer biasa.
Ketua Umum MUI DKI Jakarta, Munahar Muchtar, membela pembentukan buzzer itu. Munahar bilang, pembentukan Cyber Army adalah gagasan MUI DKI.
Cyber Army dibentuk untuk melawan buzzer yang menyerang ulama. Juga, untuk membela Gubernur DKI Anies Baswedan.
Baca Juga: Tak Hanya P18, P19, dan P21 Dalam KUHAP, Ini Daftar Kode Perkara yang Perlu Mahasiswa Hukum Ketahui
Munahar berdalih, Cyber Army dibentuk karena maraknya informasi hoaks. Hoaks itu dapat memecah belah umat, terutama umat Islam dan ulama.
Munahar mengklaim, pihaknya tak akan memakai dana hibah Pemprov untuk pasukan siber. Menurutnya, dana hibah itu bakal digunakan untuk program kerja. Serta, untuk kegiatan operasional MUI DKI.
Tapi Wakil Sekjen Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Luqman Hakim, tidak percaya. Ia menuding, MUI DKI membentuk pasukan siber untuk membela Anies. Ini pasti tak lepas dari hibah Pemprov DKI yang nilainya Rp 10,6 miliar itu.
Luqman menyayangkan merosotnya status lembaga MUI DKI Jakarta. MUI DKI telah menjadi subordinat kepentingan politik perorangan, kata Luqman.
Baca Juga: Komnas HAM: Ada Tujuh Pelanggaran HAM di Tragedi Kerusuhan di Kanjuruhan, Simak Poinnya!
Dengan terungkapnya konsolidasi buzzer ini, kubu Anies sebaiknya terus terang saja. Tidak usah mengklaim diri paling benar atau paling suci.
Kita tak bisa melarang Anies membentuk tim buzzer. Tetapi, buzzer tetap harus dikontrol, agar tidak menyebar hoaks.
(Dikutip dari Shelter Civil Society Watch).***