Food for Peace dan Serendipity Jokowi
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Rabu, 06 Juli 2022 19:08 WIB
Meski kata perdamaiannya masih tersublim dengan kata "gencatan senjata" -- diplomasi pangan Jokowi membuat Zelenskyy dan Putin punya pikiran sama.
Ya. Kedua pimpinan yang sedang konflik itu punya pikiran sama. Mereka prihatin terhadap krisis pangan akibat perang. Maka, dari sanalah akan terbuka dialog.
Dialog adalah kunci dari pintu perdamaian. Mustahil perdamaian akan tercipta tanpa dialog. Dari sisi inilah, membuka dialog, itulah keberhasilan Jokowi dalam mengupayakan perdamaian antara Rusia-Ukraina.
Serendipity -- terbukanya keberuntungan yang terus menerus -- niscaya akan mengarah pada tercapainya perdamaian.
Baca Juga: Sri Lanka Bangkrut Dalam Krisis Keuangan Terburuk
Amerika dan sekutunya, yang sekarang memblokir aset-aset Rusia di perbankan mereka, niscaya akan sadar bahwa "pemblokiran" tersebut hanya memperpanjang perang. Memperpanjang perang sama artinya dengan memperpanjang masa kesulitan pangan dunia.
Etika demokrasi yang sering dikumandangkan Amerika, cepat atau lambat, akan menyadarkan Barat untuk membuka isolasinya terhadap Rusia. Bukankah dulu, tanpa Rusia, Perang Dunia II akan lebih lama?
Bagaimana pun, Rusia --dulu centernya Uni Soviet-- punya kontribusi besar dalam mengalahkan tentara Nazi Jerman dan tentara Fasisme Jepang.
Seperti dikatakan Presiden Jokowi dalam dialognya dengan Kompas (1 Juli 2022), diplomasi pangan untuk perdamaian adalah sangat penting.
Baca Juga: Nathalie Holscher Belum Pulang, Sule: Pasrahkan kepada Yang Maha Kuasa