DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Hendrajit: Penglihatan Tembus Pandang Bob Dylan Dalam Mengulas Buku Clausewitz On War

image
Bob Dylan membahas buku Carl von Clausewitz On War

ORBITINDONESIA - Kalau buku karya Carl von Clausewitz On War dibaca para perwira menengah calon jenderal atau para mahasiswa pascasarjana politik dan militer, buat saya bukan hal luar biasa.

Namun ketika seorang seniman musik Bob Dylan membaca Carl von Clausewitz, nah ini baru luarbiasa dan spektakuler.

Lebih luarbiasanya lagi, cara pandang Bob Dylan dalam memaknai buku monumental Clausewitz ini sama sekali tak terbayang bagi siswa-siswa Akademi Militer yang mana buku Clausewitz itu jadi buku bacaan wajib.

Baca Juga: Perempuan Afganistan Melawan dengan Membangun Sekolah Rahasia

Dalam memoarnya bertajuk Bob Dylan Cronicles, Bob menulis: "Buku-buku Clausewitz mungkin terlihat ketinggalan zaman, tetapi ada banyak hal yang benar benar terjadi.

Kita juga bisa memahami kehidupan konvensional dan tekanan dari lingkungan hanya dengan membacanya. Ketika dia mengklaim bahwa politik sudah mengambil alih moralitas dan merupakan kekuatan yang kasar, dia tidak sedang main-main. Kita harus percaya."

Penglihatan tembus pandang Bob Dylan dalam memaknai On War memang bisa bikin para pamen siswa SESKO TNI atau SESKO AD-AU-AL terhenyak.

Ini mengingat selama ini para perwira militer di seluruh dunia yang dibekali buku Clausewitz memandang buku On War cuma teori perang atau paling banter pelajaran perihal falsafah perang.

Dalam penglihatan Bob Dylan yang tidak biasa itu, Clausewitz dalam On War sebenarnya bicara tentang adanya ruang gelap yang bersemayam dalam diri manusia.

Baca Juga: PHK 12 Ribu Karyawan di Seluruh Dunia, Ternyata Ini Alasan Google

Bahwa politik itu bukan cuma soal melanggar moralitas, bahkan politik itu gambaran mental manusia dalam sisi tergelapnya untuk memaksakan tujuannya kepada orang lain secara paksa.

Dan ketika memaksa secara halus gagal, maka politik berubah jadi perang. Memaksa orang lain memenuhi keinginannya tidak lagi dengan paksaan halus, tapi kasar dan vulgar.

Buku Clausewitz memang serba suram. Namun buat Bob Dylan justru di sinilah On War merupakan pencerahan buat Bob Dylan.

"Tanpa disadari, beberapa hal dalam bukunya dapat menempa ide-ide kita. Jika kita pikir kita pemimpi, kita bisa membaca buku itu dan menyadari bahwa kita sendiri juga tak mampu bermimpi. Mimpi itu berbahaya."

Baca Juga: BRI Liga 1: Empat Klub Harus Terima Sanksi dari Komdis PSSI, Persib dan Persija Paling Rugi Banyak

Begitupun seusai baca Clausewitz, Bob Dylan sepertinya kembali membumi sebagai seniman. Mengakhiri renungan bacaannya dengan berkata: "Membaca buku Clausewitz membuat kita tidak perlu ambil pusing dengan pikiran kita sendiri."

Clausewitz merupakan gubernur militer Jerman sejak 1812, dan selama 18 tahun berikutnya, menyusun buku On War.

Buku yang kelak jadi buku wajib para siswa akademi dan sekolah staf komando militer di seluruh dunia termasuk TNI kita, terbit setelah Clausewitz wafat pada 1831.

Para jenderal top negeri kita mulai dari Abdul Haris Nasution, TB Simatupang, Sayidiman sampai Prabowo Subianto, pernah baca buku itu. Namun saya yakin tak seimajinatif Bob Dylan dalam menyerap sesuatu yang tak tertulis dalam isi buku itu.

Baca Juga: Febryan Fernando: Pilih Tinggal di Apartemen atau Rumah Biasa, Plus Minusnya

Apa yang tak tertulis dalam isi buku tapi terkandung dalam karya Clausewitz. Pertama masukilah relung-relung kegelapan karena dari situlah kamu memperoleh pencerahan dan cahaya terang.

Kedua, dunia itu gila dan kacau balau. Tapi itu harus kamu lihat dengan mata kepala sendiri. Bukan katanya katanya.

Berarti Dylan mau bilang, kalau kamu tahu persis macam apa gila dan kacaunya dunia, kamu akan tahu bahwa kacau dan gila itu ada polanya. Dari pemahaman akan pola itu kau akan tahu bagaimana mengubah dunia.

Ketiga, kamu harus sadar bermimpi itu bagus, tapi bermimpi pun bukan perkara gampang. Selama kamu merasa sedang bermimpi, sebetulnya kamu belum bermimpi.

Bagaimana, dahsyat kan.

(Oleh: Hendrajit)

Berita Terkait