DECEMBER 9, 2022
Orbit Indonesia

Terusirnya Warga Ahmadiyah dari Tanahnya Sendiri di NTB dalam Puisi Esai Denny JA

image
Puisi Esai Denny JA tentang Terusirnya Penganut Ahmadiyah yang Terusir dari Tanah Mereka di NTB.

Baca Juga: 25 Kisah Konflik Primordial di Lima Wilayah dalam Buku Puisi Esai Denny JA

“Jika sama sekali tidak ada tempat bagi kami di ruang penjara, maka galikanlah bagi kami, Bapak Wali Kota, kuburan.

Kami seluruh warga Ahmadi pengungsi, laki-laki, perempuan, tua, muda, maupun anak-anak, siap, dan ikhlas dikubur hidup-hidup.”

Ya, itulah kira-kira suara getir, sedih, dan pilu warga Ahmadiyah. Mereka diusir dan ditelantarkan di negerinya sendiri hanya karena perbedaan paham keagamaan.

Padahal mereka juga membaca syahadat, salat, puasa, membayar zakat, dan menunaikan haji, sebagaimana warga muslim lainnya.

Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Gerakan Reformasi dan Nyawa Nyawa yang Melayang

Meskipun demikian, warga Ahmadiyah memilih melawan kekerasan, pengusiran, diskriminasi, dan persekusi dengan cinta. Mereka mempunyai pedoman hidup, Love for All, Hatred for None. Lawanlah kebencian dengan cinta.

Mereka menerima secara tulus dan sabar tinggal di Transito. 16 tahun lamanya.

Maka dari itu, menurut saya, Transito menjadi semacam monumen Love for All, Hatred for None yang benar-benar nyata bagi warga Ahmadiyah.

Melawan kekerasan dengan cinta. Kesabaran, ketulusan, dan cinta tak bertepi yang dicontohkan warga Ahmadiyah telah membuka kesadaran publik yang lebih luas, termasuk kisah Majdi dalam puisi esai Denny JA, yang mungkin dulu antipati terhadap Ahmadiyah. Tapi setelah melihat langsung terhadap anak-anak Ahmadiyah, ia berubah seratus persen, terbuka hatinya untuk membelikan mereka Kentucky Fried Chicken.

Halaman:
1
2
3
4
5

Berita Terkait