Konflik Suku Dayak dan Madura di Sampit 2001 dalam Puisi Esai Denny JA
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 05 Desember 2022 08:00 WIB
Benar saja, kisah drama konflik Dayak-Madura yang terjadi 21 tahun silam yang diceritakan Denny dalam buku ini tak hanya membuka luka batin. Sejurus kemudian, kisah-kisah tersebut membuat kita berpikir ihwal pelajaran apa yang dapat kita petik dari peristiwa tersebut.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Gerakan Reformasi dan Nyawa Nyawa yang Melayang
Konflik-perang, apa pun motifnya pasti menyisakan luka bagi pihak-pihak yang terlibat di dalamnya. Tugas kita saat ini tak cukup hanya mengutuk peristiwa kelam masa lalu. Darah konflik itu biarkan ikut terkubur bersama jasad korban.
Generasi penerus tak boleh merawat permusuhan dan konflik generasi sebelumnya. Tujuannya, agar kita mampu menghentikan siklus kekerasan, dendam dan permusuhan, saat ini dan masa mendatang.
Selanjutnya, kita bangun harmoni antar sesama; apa pun suku, etnis, dan agamanya.
Kiranya, kisah drama yang ditulis oleh Denny JA cukup menjadi pelajaran penting agar kita tak terjerembab ke dalam kubangan konflik primordial serupa.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Gerakan Reformasi dan Nyawa Nyawa yang Melayang
“Keledai saja tak jatuh di lubang sama untuk kedua kalinya”. Demikian juga kita sebagai makhluk Tuhan yang dikaruniai akal dan nurani untuk menjadi bijaksana, tak boleh mengulang permusuhan, konflik dan pertumpahan darah.
Membunuh satu jiwa sama dengan membunuh manusia seluruhnya, demikian firman Allah dalam surat al-Maidah: 32. ***
--0--