Komunis Yaman dan Mispersepsi Umat Islam Indonesia
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Senin, 24 Oktober 2022 12:10 WIB
Seperti laiknya negara-negara lain di dunia ini, Yaman juga negara majemuk dengan berbagai ragam kelompok etnis, agama, suku, dan faksi politik dan idelogi.
Baca Juga: Hasil Liga Italia 2022/2023: As Roma Tumbang di Markas Usai Ditekuk Napoli
Yaman yang berbatasan dengan Oman dan Arab Saudi inibukan hanya dihuni oleh kaum sadah. Bahkan bukan hanya kaum Muslim, kaum Yahudi Yaman (al-Yahud al-Yaman) juga eksis, dimana kaum perempuannya juga mengenakan cadar (burqa atau niqab) sebagaimana laiknya perempuan Muslimah Salafi-Wahabi.
Yaman, khususnya Yaman utara, juga rumah bagi berbagai faksi militan-radikal-Islamis-teroris dari berbagai kelompok, aliran, dan mazhab keislaman.
Disinilah sejumlah pentolan Salafi, termasuk pemimpin “almarhum” Laskar Jihad, Ja'far Umar Thalib berserta anak-anak didiknya, dikader dan digembleng spirit jihadisme oleh beberapa ulama militan seperti Syaikh Muqbil bin Hadi al-Wad’i, Syaikh Yahya al-Hajuri, atau Syaikh Abdurrahman al-Adeni.
Selanjutnya, Yaman juga dalam sejarahnya menjadi salah satu basis "kaum kiri" terbesar di Timur Tengah, baik mereka yang berideologi-politik dan berhaluan Komunis, Sosialis, maupun Marxis-Leninis.
Bahkan Yaman Selatan dulu pernah menjadi "Negara Komunis" sebelum era unifikasi tahun 1990.
Sebelum menjadi "Republik Yaman" tahun 1990 yang menggabungkan antara selatan dan utara, kawasan Yaman dibagi menjadi dua: Yaman Selatan (disebut Republik Demokrat Rakyat Yaman) dan Yaman Utara (disebut Republik Arab Yaman).
Kelompok kiri pada umumnya bercokol di Yaman Selatan. Karena menjadi rumah berbagai kelompok ideologi-politik inilah, Yaman tidak pernah sepi dan absen dari konflik dan kekerasan.