Apabila si Chaplin Tidak Bayar Utangnya yang Dipastikan Sampai Rp 230 Triliun: Cerita tentang Lion Air
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 24 September 2022 10:54 WIB
Nah, Jokowi boro-boro mau, lha wong untuk mengatasi pandemi saja repotnya cari utangan ke sana ke mari. Lha kok nalangi bayar utangan pesawat yang di atas kertas, cepat atau lambat pasti bangkrut.
Ini, hanya salah satu kasus betapa jahatnya kroni oligarki di Indonesia. Mereka yang kehilangan peran, akan kembali cari pijakan.
Sayang, hitungan yang njlimet itu ambyar, hanya karena si Imam Besar keceplosan menantang TNI. Sesuatu yang sebenarnya gak perlu.
Baca Juga: MotoGP Jepang, Kecepatan Meningkat, Marc Marquez Tak Aambil Pusing
Ia bodoh? Pendukungnyalah yang bodoh, menganggap ia tak akan terpeleset. Ia kena karma Ahok.
Dan, si bohir kembali manyun. Mimpinya untuk menjadi pesaing Air Asia mati terlalu dini.
Ia akan terus menakut-nakuti publik, bahwa matinya Lion Air akan menghilangkan penerbangan berbiaya murah: di mana setiap orang bisa naik pesawat.
Suatu halusinasi kuno yang akan terus ditiupkan. Negara, saya yakin, dan seharusnya tidak boleh terlalu peduli oleh ilusi begitu.
Baca Juga: MotoGP Jepang, Franco Morbidelli Ingin Bantu Quartararo Raih Gelar Juara
Dalam konteks ini saya hanya kasihan pada nasib Rusdi Kirana. Tapi buat apa juga!