Apabila si Chaplin Tidak Bayar Utangnya yang Dipastikan Sampai Rp 230 Triliun: Cerita tentang Lion Air
- Penulis : Dimas Anugerah Wicaksono
- Sabtu, 24 September 2022 10:54 WIB
Dan nasib buruk tersebut semakin sempurna, ketika pandemi Covid-19 datang. Kondisi yang sudah buruk, tiba-tiba semakin buruk.
Semua maskapai dilarang terbang, tanpa kecuali nyaris selama 6 bulan. Lha wong pembatalan satu penerbangan saja efeknya panjang, lah ini ini 6 bulan gak beroperasi.....
Kadang orang malas berpikir, bagaimana mungkin Rusdi Kirana yang selama ini justru dianggap pemilik dalam situasi rumit perusahaan miliknya justru ia dipilih dan ditempatkan sebagai Dubes di Malaysia.
Bagaimana ceritanya, ketika patron politiknya berkuasa di Golkar dan Demokrat, justru ia bergabung dengan PKB. Yang sejenis dan senasib Rusdi ini di Indonesia banyak. Banyak sekali.
Usaha merintis dari bawah, di tengah jalan dibajak politisi. Dan akhirnya dan berakhir sebagai hanya menjadi pseudo owner: pemilik bayangan.
Jadi jelas ya, kalau tiba-tiba ada orang yang tergopoh-gopoh bawa duit sekoper pergi ke Mekkah untuk menjemput Si Imam Besar.
Ia tahu betul, bahwa hanya dialah yang bisa menjadi kelompok penekan pemerintah. Ia satu-satunya yang bisa terus menteror pemerintah yang sah agar tujuannya tercapai. Apa tujuannya?
Baca Juga: MotoGP Jepang, Pagi ini Latihan Bebas Kedua Dimulai
Yah, nalangin utanglah! Dan sialnya pemerintah, punya "saham kesalahan di masa lalu". Karena bersedia sebagai penjamin. Dan disinilah SBY dan JK satu kepentingan, bukan saja mengubur kasusnya, tapi nagih janji si pemerintah hari ini.