Ketika Kopi Bicara dan Kematian Menyusul
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 09 Agustus 2025 08:25 WIB

Judul buku ini provokatif: Kowe Kok Yo Ora Isin. Judul bahasa Jawa, dan secara harfiah dapat diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai:
“Kamu kok ya nggak malu?”
Ini adalah ungkapan bernada sindiran tajam. Ia biasa digunakan ketika seseorang melakukan sesuatu yang tidak pantas, tidak tahu diri, atau tidak punya rasa malu.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Tiga Dekade yang Mengubah Segalanya
Padahal seharusnya ia sadar akan kesalahan atau aibnya.
Bukan sekadar teguran, tapi ini pertanyaan eksistensial.
Di mana rasa malu kita hari ini? Di era yang memuja performa dan menepikan nurani, malu dianggap kelemahan. Monica justru mengajak kita menjadikan “isin” sebagai modal awal pemulihan jiwa.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengejar Mission Impossible Kemandirian Energi Indonesia
Buku ini bukan sekadar dibaca, tapi direnungkan. Karena bisa jadi, di antara kata-kata satire dan ilustrasi jenaka itu, tersembunyi suara hati kita yang selama ini bungkam.
Buku ini juga digoreskan oleh sang penulis sebagai bentuk refleksi hidupnya. Ini sebuah panggilan untuk memberi, melayani, dan berbagi dalam semangat fellowship.
Puisi pertama, seperti tertulis dalam biografinya, berangkat dari pengalaman pribadinya. Tentu saja, kisah itu didramatisasi sedikit demi kebutuhan sastra.
Baca Juga: Survei LSI Denny JA: 74,6 Persen Publik Tidak Percaya Isu Ijazah Palsu Jokowi
Namun semangatnya sangat terasa: bahwa ia menulis bukan lagi sebagai korban, melainkan sebagai advokat.