DECEMBER 9, 2022
Kolom

Ketika Kopi Bicara dan Kematian Menyusul

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Gaya bercerita puisi esai Monica untuk kasus kopi itu disebut prosopopeia. Ini gaya bertutur ketika objek mati diberi suara dan kesadaran. 

Dalam dunia sastra, teknik ini bukan sekadar ornamen estetik. Ia adalah jembatan menuju kedalaman moral dan psikologis. 

Ketika manusia terlalu bising untuk jujur, justru benda-benda di sekitarnya yang bicara dengan lirih, apa adanya.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Tiga Dekade yang Mengubah Segalanya

Dalam sastra dunia, Margaret Atwood menggunakan teknik ini secara eksplisit dalam The Tent (2006). 

Dalam bagian Let Us Now Praise Stupid Women dan The Animals Reject Their Names, Atwood membiarkan tanah, binatang, bahkan bangsa bicara. Suara-suara itu tidak keras, tapi mengendap dalam hati pembaca.

Misalnya, dalam bagian ketika negara bisa berbicara:

Baca Juga: Catatan Denny JA: Mengejar Mission Impossible Kemandirian Energi Indonesia

“Aku adalah negaramu.

Kau telah memberiku makan dari bangkai dan dusta.

Jangan sekali-kali kau berani berkata bahwa kau mencintaiku.”

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: 74,6 Persen Publik Tidak Percaya Isu Ijazah Palsu Jokowi

Dalam kutipan ini, Atwood membuat tanah air tampil sebagai entitas yang terluka oleh warganya sendiri. 

Halaman:

Berita Terkait