Catatan Denny JA: Mengawal Pesan Presiden, Membenahi BUMN, Tak Memburu Tantiiem, dan Filosofi Power of Giving
- Penulis : Krista Riyanto
- Rabu, 06 Agustus 2025 08:17 WIB

Saya tahu: saya berdiri di persimpangan antara idealisme dan kenyataan.
Di titik temu antara pesan dari atas dan suara dari dalam hati.
-000-
Baca Juga: Catatan Denny JA: Siapa Menguasai Energi, Menguasai Peradaban, Politik Energi Abad 21
BUMN bukan sekadar entitas bisnis. Ia adalah perpanjangan tangan negara.
Setiap keputusan yang diambil harus berakar pada amanah publik.
Saya menerima pesan Presiden sebagai undangan spiritual. Undangan untuk meninggikan makna jabatan, dari sekadar kompensasi, menjadi jalan kontribusi.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Indonesia dan Jalan Emas Abad 21
Memanggul jabatan publik bukan hanya belajar memimpin, tapi juga belajar mendengarkan.
Suara publik adalah kompas, bukan gangguan. Jika ada yang belum tepat, pejabat publik tidak segan mengubah arah. Karena jabatan, sejatinya, adalah amanah yang terus diuji.
Semoga tulisan ini menjadi ruang klarifikasi dan perbaikan. Karena bahkan dalam pengabdian, manusia tetap perlu bertumbuh.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Minyak, Bisnis, dan Politik di Era Artificial Intelligence
Reformasi BUMN bukan sekadar restrukturisasi korporasi, melainkan revolusi mental kolektif.