Anjuran Menulis di Era Artificial Intelligence Dari Denny JA
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 01 Agustus 2025 13:00 WIB

Namun yang membuat malam itu mistis adalah pernyataan pamungkas Denny JA, “AI bukan musuh. AI adalah asisten.” Seperti tuyul digital yang bisa bantu merangkai ide, menyunting naskah, bahkan meniru gaya sastra latin abad ke-14. Tetapi penulis sejati, katanya, tetaplah penjaga makna. Di tengah derasnya kata-kata buatan mesin, manusia harus tetap jadi makhluk yang memilih, memilah, dan memaknai.
Saya terpana seperti bertapa. Lalu melihat diri di cermin, wajah penulis part-timer yang belum mandi dan belum selesai revisi. Tetapi hatiku panas. Semangatku mendidih. Denny JA benar. Kita mungkin tidak jadi miliarder. Mungkin tidak difilmkan. Mungkin tidak viral. Tapi selama kata-kata kita masih punya nyawa, masih bisa menyentuh, menggerakkan, menyentil, atau sekadar membuat satu orang tersenyum di pagi hari yang kelabu, kita menang.
Malam tadi saya menulis. Bukan untuk Nobel. Bukan untuk Piala Citra. Tetapi untuk diriku sendiri. Karena dalam dunia yang makin bising oleh suara mesin, tulisan manusialah yang bisa tetap bernyanyi.
Baca Juga: Rosadi Jamani: Buku Tak Lagi Didewakan
Terus terang saya salut dan hormat pada Pak Denny JA yang layak diteladani. Di tengah kesibukkannya sebagai salah satu komisaris di BUMN, setiap hari ia menulis. Ada saja yang ditulisnya. Lah, saya yang hanya sibuk ngopi, masa’ kalah. Saya menyebutnya, dialah narasumber yang menulis, mirip seperti abah Dahlan Iskan.***
*Rosadi Jamani, Ketua SATUPENA Kalimantan Barat