DECEMBER 9, 2022
Humaniora

Mewaspadai Berbagai Ucapan Baik yang Sering Digunakan untuk Menipu

image
Ilustrasi - Penipu dan manipulator (Foto: Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - “Orang yang memanipulasi tidak selalu berbohong. Mereka hanya tahu cara memakai kata-kata yang benar di waktu yang salah.”

Dalam bukunya The Gift of Fear, Gavin de Becker menunjukkan bahwa para manipulator sering memakai kalimat-kalimat yang terdengar baik justru untuk menutupi niat buruk. Bahasa bukan sekadar alat komunikasi, tapi juga alat kontrol. Dan ironisnya, kata-kata yang tampak lembut sering jadi yang paling licik.

Seorang teman meminjam uang dan bilang, “Kamu orang paling pengertian yang aku kenal.” Atasan berkata, “Kita ini seperti keluarga.” Seseorang yang baru kamu kenal berkata, “Aku merasa kita sudah klik sejak awal.” Semua kalimat itu terdengar baik. Tapi ada yang tidak beres jika kamu peka.

Baca Juga: Polda Metro Jaya Pecat Empat Anggota yang Terlibat Perzinahan dan Penipuan

Bahasa adalah alat komunikasi, tetapi dalam tangan yang salah, ia bisa jadi senjata. Dalam kehidupan sehari-hari, kita sering tidak sadar bahwa kita sedang dimanipulasi bukan karena kita bodoh, tapi karena bahasa itu dirancang untuk tidak terasa seperti jebakan. Kata-katanya manis. Tapi efeknya menghancurkan.

Berikut ini tujuh kata-kata palsu yang sering digunakan untuk manipulasi, berdasarkan studi para pakar perilaku manusia.

1. “Cuma bercanda”

Baca Juga: Kapolri Listyo Sigit Prabowo Berkomitmen Lacak Transaksi Kripto Kasus Penipuan JYPRX, SYIPC, LEEDSX

Eric Berne dalam Games People Play menyebut ini sebagai permainan “Now I’ve Got You, You Son of a B*tch”. Manipulator akan menghina atau menyindir, lalu mundur dengan kalimat “cuma bercanda” untuk membuat korbannya tampak terlalu sensitif. Ini bentuk gaslighting ringan, di mana pelaku ingin menyepelekan reaksi korban agar tidak berani membela diri.

2. “Aku ngerti kamu banget” padahal baru kenal

Dalam The Gift of Fear, Gavin de Becker menyebut ini sebagai teknik false intimacy. Pelaku manipulasi akan menciptakan kedekatan semu secepat mungkin. Tujuannya bukan karena ingin mengenal, tapi ingin menyingkat jarak psikologis agar korbannya lebih mudah dikendalikan.

Baca Juga: Dua Penipu Bermodus Polisi Gadungan Melawan Saat Ditangkap di Cengkareng Jakarta Barat

3. “Kalau kamu cinta, kamu bakal ngerti”

Ini teknik klasik manipulasi emosi. Edward Bernays dalam Propaganda menunjukkan bagaimana sentimen moral (seperti cinta atau kesetiaan) bisa dipakai untuk membungkam akal sehat. Kata-kata ini membuat cinta jadi alat negosiasi sepihak. Bukan ekspresi, tapi tekanan.

4. “Kamu terlalu mikir negatif”

Baca Juga: Dompet Digital DANA Indonesia Hadirkan Fitur Smart Friction untuk Cegah Penipuan dan Judi Online

Tujuannya bukan membantumu berpikir positif, tapi agar kamu tidak mempertanyakan motifnya. Pelaku manipulasi tahu bahwa berpikir kritis bisa membongkar agendanya. Jadi dia menyerang duluan: seolah-olah kecurigaanmu adalah kesalahan, bukan insting yang sah.

5. “Semua orang juga setuju sama aku”

Dalam Influence karya Robert Cialdini (referensi tambahan yang mendukung Bernays), ini disebut social proof manipulation. Pelaku akan memakai “kebanyakan orang” atau “semua orang” sebagai senjata, padahal data atau fakta tidak pernah disebut. Tujuannya agar kamu merasa aneh jika berbeda pendapat.

Baca Juga: Imigrasi Deportasi 9 WNA yang Terlibat Penipuan

6. “Aku ini orang yang paling jujur”

Kamu harus curiga saat seseorang terlalu keras menegaskan sifat baiknya. Orang jujur tidak sibuk menekankan kejujurannya. Ini trik klasik self-labeling yang dijelaskan oleh Bernays: penguasa atau pemimpin yang paling manipulatif justru sering menyebut dirinya sebagai pelayan rakyat.

7. “Kamu itu terlalu pintar sih, makanya ribet”

Baca Juga: Kerja Sama Imigrasi, Kepolisian Bekuk 11 WNA China di Cilandak Jakarta Selatan yang Dicurigai Praktik Penipuan

Pujian yang dibungkus kritik, atau kritik yang disamarkan pujian. Ini jenis manipulasi halus yang tujuannya bukan membuatmu merasa pintar, tapi bersalah karena menggunakan otakmu. Sang manipulator ingin kamu merasa bahwa berpikir kritis adalah hal yang merepotkan, bukan hal yang sehat.

Jika kamu ingin belajar membedakan mana bahasa yang jujur dan mana yang dirancang untuk mengontrol, berlangganan konten eksklusif di logikafilsuf. Di sana, kita akan bongkar kata-kata sehari-hari yang sebenarnya adalah kode tersembunyi dari permainan kuasa dan psikologi.

Manipulasi tidak selalu datang dalam bentuk ancaman. Sering kali ia hadir dalam kalimat yang terlalu manis untuk ditolak. Kalimat mana yang paling sering kamu dengar dalam hidupmu? Ceritakan di komentar. Dan jika artikel ini membukakan matamu sedikit saja, bantu bagikan ke temanmu yang juga perlu belajar cara berpikir jernih di tengah dunia penuh retorika.***

Halaman:
Sumber: FB Logika Filsuf

Berita Terkait