DECEMBER 9, 2022
Nasional

Inilah Kelompok yang Percaya Ijazah Jokowi Asli atau Palsu Menurut Survei LSI Denny JA

image
(OrbitIndonesia/kiriman)

Percaya asli: 74,6%,  Percaya palsu: 12,2%

ORBITINDONESIA.COM - Isu ijazah palsu yang dituduhkan kepada mantan Presiden Joko Widodo akrab disapa Jokowi terus bergulir di ruang publik. Itu mencuat dalam pemberitaan televisi, talkshow, podcast, sampai media sosial. 

Namun bagaimana sebenarnya sikap masyarakat Indonesia terhadap isu yang hangat ini?

Baca Juga: Pengantar Buku Riset Internasional LSI Denny JA: Menentukan Kemajuan Negara Melalui Indeks Tata Kelola Pemerintahan

Survei nasional LSI Denny JA mengungkapkan: 74,6% publik menyatakan tidak percaya bahwa ijazah Jokowi palsu. Hanya 12,2% yang percaya pada tuduhan tersebut.

Survei ini dilakukan melalui tatap muka di seluruh provinsi, pada 28 Mei–12 Juni 2025, dengan 1.200 responden, margin of error ±2,9%, dan metode multistage random sampling. 

Untuk memperdalam analisa, riset ini juga dilengkapi pendekatan kualitatif, termasuk wawancara mendalam, FGD, dan analisis media.

Baca Juga: LSI Denny JA: Ada Lima Rapor Biru dan Dua Rapor Merah Selama Tujuh Bulan Prabowo–Gibran Memimpin

Temuan penting lainnya: ketidakpercayaan terhadap isu ini merata di semua segmen demografi.  Dari kalangan berpendidikan rendah hingga terpelajar, dari akar rumput hingga kelompok mapan, dari pedesaan hingga perkotaan, dari Gen Z hingga baby boomer, serta dari seluruh konstituen partai politik.

-000-

Jika ditelusuri berdasarkan kelompok pendapatan, terlihat bahwa di atas 65% setiap kelas ekonomi tidak percaya pada isu ijazah palsu.

Baca Juga: Survei LSI Denny JA: 74,6 Persen Publik Tidak Percaya Isu Ijazah Palsu Jokowi

Yang paling tinggi justru di kalangan pendapatan rendah: 79% tak percaya. Di kalangan ekonomi mapan, angkanya 67,6%.

Dari sisi pendidikan:

• Tamatan SD ke bawah: 81,5% tak percaya

• SMP/sederajat: 73,7% tak percaya

• SMA/sederajat: 69,8% tak percaya

Dari sisi lainnya:

• Perempuan lebih banyak yang tak percaya dibanding laki-laki (78,2% vs 71,2%)

• Pemilih non-Islam lebih tinggi tingkat ketidakpercayaannya dibanding pemilih Islam (84,8% vs 73,3%)

• Pemilih pedesaan lebih skeptis terhadap isu ini dibanding warga perkotaan (76,2% vs 70,9%)

Berdasarkan usia:

• Gen Z (di bawah 27 tahun): 71,4% tak percaya

• Milenial: 73,7%

• Gen X: 76,1%

Semakin tua usia, semakin tinggi tingkat ketidakpercayaan terhadap isu ini.

-000-

Dilihat dari afiliasi politik, ketidakpercayaan juga dominan:

• Gerindra: 80,5% tak percaya

• Golkar: 80,6%

• PKB: 80,8%

• PDIP: 80%

Berdasarkan pilihan Capres:

• Pemilih Prabowo Subianto: 79,4% tak percaya

• Pemilih Ganjar Pranowo: 67,9%

• Pemilih Anies Baswedan: 51,7%

Yang menarik, kelompok 12,2% yang percaya justru terkonsentrasi pada segmen tertentu: ekonomi atas, terdidik, tinggal di perkotaan, dan umumnya bukan pendukung Prabowo–Gibran.

-000-

Pertanyaan berikutnya penting secara psikologis dan politik: Apakah isu ini mempengaruhi kepercayaan masyarakat terhadap Jokowi?

Survei menjawab:

• 72,6% menyatakan tidak terpengaruh

• 22,6% menyatakan kepercayaan mereka terganggu

Yang menarik, angka 22,6% ini lebih besar dari 12,2% yang percaya faktual terhadap isu ijazah palsu. Artinya, daya rusak isu ini tidak hanya menyentuh fakta, tapi juga ranah persepsi dan simbolik.

-000-

Dalam dunia politik, persepsi publik adalah aset sensitif. Ketika satu dari lima warga merasa goyah, maka isu tersebut telah menyusup ke wilayah psikologis yang dalam—walau belum membentuk konsensus nasional.

Dua kelompok yang paling mudah terpengaruh:

• Kelas menengah berpenghasilan 2–4 juta/bulan: 24,1%

• Pendidikan D3 ke atas: 35,1%

Kedua segmen ini memiliki karakteristik serupa: akses informasi tinggi, literasi digital memadai, serta kecenderungan kritis terhadap elite.

Selain itu, laki-laki dan warga perkotaan lebih mudah terpengaruh, sesuai dengan profil masyarakat urban digital yang lebih terekspos pada gelombang disinformasi dan framing politik.

-000-

Dari perspektif politik elektoral:

• Pemilih Anies Baswedan: 37,9% mengaku kepercayaannya pada Jokowi terpengaruh

• Pemilih Prabowo dan Ganjar: jauh lebih tahan

Dua kesimpulan penting dapat ditarik:

1. Secara makro, isu ini gagal mencederai legitimasi Jokowi di mata mayoritas rakyat.

2. Secara mikro, isu ini berdampak nyata pada segmen-segmen strategis yang berpotensi memicu resonansi politik ke depan.

-000-

Mengapa isu ini—sekalipun viral dan provokatif—tidak menimbulkan krisis kepercayaan nasional?

LSI Denny JA menemukan tiga alasan utama:

1. Kekuatan rekam jejak Jokowi

Sebagai tokoh yang tumbuh dari bawah dan telah lolos dua kali proses verifikasi pencalonan (oleh KPU dan lembaga negara), publik menganggap tuduhan ini tidak masuk akal secara prosedural.

2. Lembaga resmi telah menyatakan ijazah itu asli

UGM, Bareskrim, dan KPU telah menyampaikan klarifikasi terbuka. Sementara tuduhan berasal dari segelintir individu tanpa dasar hukum yang sah.

3. Publik sadar ini isu politik

Sebanyak 64,2% responden percaya isu ini adalah manuver politik menjelang transisi kekuasaan, apalagi setelah Gibran terpilih sebagai wakil presiden. 

Bagi mayoritas, isu ini lebih menyerupai alat delegitimasi daripada gugatan integritas.

-000-

Dengan tiga faktor penopang—legacy Jokowi, klarifikasi institusi resmi, dan kesadaran politik publik—tidak mengejutkan jika mayoritas masyarakat menolak mempercayai isu ini.

Bagi mereka, ini hanyalah bagian dari dinamika politik kontemporer.

Bukan ancaman nyata terhadap legitimasi nasional.

Dalam demokrasi yang matang, empati terhadap suara minoritas tetap krusial. Meski mayoritas menolak isu ini, penting memahami keresahan sebagian–bahwa kepercayaan publik tak bergantung hanya pada fakta, tapi juga narasi, dan tinggi rendahnya trust kepada lembaga negara. 

Kedepan, perlu dipikirkan upaya perbaikan sistem.  Misalnya penguatan sistem verifikasi ijazah berbasis blockchain, edukasi literasi digital berbasis komunitas, dan reformasi hukum yang menjerat pelaku disinformasi. 

Langkah ini tak hanya mengatasi krisis kepercayaan, tetapi juga membangun infrastruktur demokrasi yang tahan terhadap guncangan politik di era post-truth.*

Jakarta, 31 Juli 2025

Lebih detail soal survei nasional LSI Denny JA soal Ijazah Palsu Jokowi, dapat dilihat di link ini:

https://drive.google.com/file/d/1aRn0sUNExo8qzFMd6QXi1LnHTWdF–2W/view?usp=drivesdk

Halaman:

Berita Terkait