DECEMBER 9, 2022
Kuliner

Kuliner Indonesia Jadi Tema Spesial di Hotel Bintang 5 Beijing China Selama 2 Pekan

image
Chef Deni Hamdani melayani masyarakat di Beijing untuk mencoba gado-gado Indonesia dalam festival kuliner Indonesia di hotel Grand Hyatt Beijing pada Rabu, 9 Juli 2025 (ANTARA/Desca Lidya Natalia)

ORBITINDONESIA.COM - Berbagai masakan Indonesia yang dimasak oleh dua koki Nusantara akan tersaji selama dua pekan dalam festival kuliner di hotel Grand Hyatt Beijing pada 9-23 Juli 2025.

"Hari ini kita bukan hanya merayakan cita rasa, tetapi yang lebih penting, merayakan persahabatan sekaligus harapan bahwa di dunia yang terkadang tampak terpecah belah, kita masih dapat menemukan titik temu, melalui makanan dan cita rasa. Terima kasih sekali lagi kepada tim Grand Hyatt atas inisiatif yang luar biasa," kata Koordinator Fungsi Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Diplomasi Publik Nur Evi Rahmawati dalam pembukaan acara Beijing, China pada Rabu, 9 Juli 2025.

Dalam pembukaan di lobi hotel Grand Hyatt Beijing yang dihadiri oleh sekitar 50 orang antara lain adalah istri Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Wiwik Oratmangun, staf dan diplomat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), diplomat negara sahabat, WNI maupun masyarakat Beijing juga ditampilkan pertunjukan gamelan oleh dosen Central Conservatory of Music Beijing, Risnandar.

Baca Juga: Pemkab Kulon Progo, DI Yogyakarta Adakan Saron Gender Wisata Ramadan di Plaza Kuliner Glagah

Grand Hyatt Beijing terletak di kawasan Wangfujing, dekat dengan Kota Terlarang dan Lapangan Tiananmen di pusat kota Beijing.

"Jika China terkenal dengan jalur sutera, Indonesia juga punya jalur rempah yang legendaris. Kepulauan Indonesia kaya akan pala, cengkeh, lengkuas, delima, dan rempah-rempah lainnya sehingga sejak lama menjadi tumpuan perdagangan rempah dunia," tambah Evi.

Rempah-rempah tersebut, ungkap Evi, bukan sekadar bahan, melainkan identitas.

Baca Juga: Chef Dr Liza Zainol Malaysia, Kuliner Terbaik Dunia dan Pemegang Guiness Book Record 2023 Hadir di IMLF

"Rempah-rempah memberi karakter pada makanan kita dan menceritakan kisah tentang tanah air, masyarakat kita, dan juga sejarah kita. Rendang, yang akan kita semua nikmati malam ini merupakan salah satu hidangan paling dikenal yang berasal dari dataran tinggi Sumatra Barat, dimasak perlahan dalam santan selama berjam-jam, bahkan semalaman," jelas Evi.

Alasan rendang menjadi masakan terkemuka, menurut Evi karena Indonesia adalah masyarakat agraris sehingga sapi digunakan sebagai hewan pekerja.

"Jadi, daging sapi pekerja itu dimasak, maka nenek moyang kita mengembangkan metode yang tidak hanya untuk mengempukkan tetapi juga mengawetkan daging, sehingga memungkinkan rendang bertahan dalam perjalanan panjang melintasi nusantara saat anggota diaspora Minangkabau berkelana. Rendang pun menjadi makanan sekaligus ekspresi kuliner tentang ketahanan, migrasi, dan juga berbagi," tambah Evi.

Baca Juga: Pemkab Jayapura, Papua: Festival Sejuta Hiloi pada Juni 2025 Angkat Identitas Budaya Kuliner Suku Sentani

Hubungan Indonesia dan China, ungkap Evi, juga tidak hanya terjalin dengan rempah-rempah, tetapi juga melalui penyebaran warisan kuliner.

"Beberapa masakan Indonesia memiliki pengaruh rasa China yang kuat, mulai dari bakpao dan cakwe, hingga siomai dan capcay. Rekan-rekan yang pernah ke Indonesia pasti sudah mengenalnya dan inilah keajaiban budaya yang tersembunyi di mana perbedaan tidak memecah belah, melainkan memperkaya. Mari kita nikmati festival hari ini sebagai pengingat akan ikatan persahabatan kita yang erat," tutup Evi.

Dalam pembukaan festival kuliner pada 9 Juli 2025, jenis-jenis masakan Indonesia yang tersedia adalah gado-gado, rendang, gulai kapau, nasi goreng kampung, ayam woke, sop buntut, ikan panggang Jimbaran, rujak buah hingga asinan buah.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Bunga Rampai 100 Tahun Arsitektur Perjuangan dan Jejak Rasa Kuliner

"Kami memang sengaja datang dari Jakarta untuk menyajikan masakan Indonesia," kata Chef Deni Hamdani, salah satu koki yang terbang langsung dari Jakarta ke ke Beijing.

Deni sendiri yang "mengulek" dan menyiapkan bumbu kacang untuk gerai gado-gado yang banyak didatangi pengunjung, tapi bumbu kacang tersebut tentu tidak terlalu pedas dibanding dengan gado-gado yang biasa disantap di Tanah Air.

"Memang ada sedikit penyesuaian dengan rasa di sini, karena kami juga konsultasi lebih dulu. Saya juga tidak membawa bawang goreng dari Indonesia, ini bawang goreng di China," ungkap Deni seraya menunjuk potongan bawang goreng yang lebih besar dan cerah dibanding bawang goreng Indonesia.

Baca Juga: Orasi Denny JA: Dari Gedung Bersejarah Menjadi Diplomasi Kuliner

Sedangkan di gerai rendang, Chef Candra Yehezkiel juga sibuk melayani antrian pengunjung yang ingin merasakan lauk-pauk dengan rasa Indonesia.

"Kami memang membawa bumbu rendang dari Indonesia, tapi untuk bahan-bahan lainnya bisa kami peroleh di sini, memang ada yang berbeda misalnya di sini cabainya lebih besar dan pedas, jadi ada penyesuaian rasa sebelumnya," kata Candra.

Candra juga menyebut menu yang akan dihidangkan di restoran akan berganti setiap dua hari sekali.

Baca Juga: Laksa Tangerang: Jejak Rasa Peranakan Tionghoa dalam Semangkuk Kuliner Ikonik

"Besok kami akan menghidangkan nasi goreng kecombrang, soto ayam, semur daging," tambah Candra.

Selain lauk-pauk, tersedia juga berbagai sambal seperti sambal matah, sambal dabu, sambal ijo, dan berbagai sambal dan rasa Indonesia lainnya. Masakan Indonesia tersebut tersedia di restoran sejak pukul 11.00 - 21.00 waktu setempat.***

Halaman:

Berita Terkait