Kuliner Indonesia Jadi Tema Spesial di Hotel Bintang 5 Beijing China Selama 2 Pekan
- Penulis : M. Ulil Albab
- Kamis, 10 Juli 2025 10:28 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Berbagai masakan Indonesia yang dimasak oleh dua koki Nusantara akan tersaji selama dua pekan dalam festival kuliner di hotel Grand Hyatt Beijing pada 9-23 Juli 2025.
"Hari ini kita bukan hanya merayakan cita rasa, tetapi yang lebih penting, merayakan persahabatan sekaligus harapan bahwa di dunia yang terkadang tampak terpecah belah, kita masih dapat menemukan titik temu, melalui makanan dan cita rasa. Terima kasih sekali lagi kepada tim Grand Hyatt atas inisiatif yang luar biasa," kata Koordinator Fungsi Pariwisata, Ekonomi Kreatif, dan Diplomasi Publik Nur Evi Rahmawati dalam pembukaan acara Beijing, China pada Rabu, 9 Juli 2025.
Dalam pembukaan di lobi hotel Grand Hyatt Beijing yang dihadiri oleh sekitar 50 orang antara lain adalah istri Duta Besar RI untuk Tiongkok dan Mongolia Wiwik Oratmangun, staf dan diplomat Kedutaan Besar Republik Indonesia (KBRI), diplomat negara sahabat, WNI maupun masyarakat Beijing juga ditampilkan pertunjukan gamelan oleh dosen Central Conservatory of Music Beijing, Risnandar.
Baca Juga: Pemkab Kulon Progo, DI Yogyakarta Adakan Saron Gender Wisata Ramadan di Plaza Kuliner Glagah
Grand Hyatt Beijing terletak di kawasan Wangfujing, dekat dengan Kota Terlarang dan Lapangan Tiananmen di pusat kota Beijing.
"Jika China terkenal dengan jalur sutera, Indonesia juga punya jalur rempah yang legendaris. Kepulauan Indonesia kaya akan pala, cengkeh, lengkuas, delima, dan rempah-rempah lainnya sehingga sejak lama menjadi tumpuan perdagangan rempah dunia," tambah Evi.
Rempah-rempah tersebut, ungkap Evi, bukan sekadar bahan, melainkan identitas.
"Rempah-rempah memberi karakter pada makanan kita dan menceritakan kisah tentang tanah air, masyarakat kita, dan juga sejarah kita. Rendang, yang akan kita semua nikmati malam ini merupakan salah satu hidangan paling dikenal yang berasal dari dataran tinggi Sumatra Barat, dimasak perlahan dalam santan selama berjam-jam, bahkan semalaman," jelas Evi.
Alasan rendang menjadi masakan terkemuka, menurut Evi karena Indonesia adalah masyarakat agraris sehingga sapi digunakan sebagai hewan pekerja.
"Jadi, daging sapi pekerja itu dimasak, maka nenek moyang kita mengembangkan metode yang tidak hanya untuk mengempukkan tetapi juga mengawetkan daging, sehingga memungkinkan rendang bertahan dalam perjalanan panjang melintasi nusantara saat anggota diaspora Minangkabau berkelana. Rendang pun menjadi makanan sekaligus ekspresi kuliner tentang ketahanan, migrasi, dan juga berbagi," tambah Evi.
Hubungan Indonesia dan China, ungkap Evi, juga tidak hanya terjalin dengan rempah-rempah, tetapi juga melalui penyebaran warisan kuliner.