DECEMBER 9, 2022
Buku

Buku “Fihi Ma Fihi”: Menyelami Kedalaman Jiwa bersama Rumi

image

ORBITINDONESIA.COM - Fihi Ma Fihi, atau dalam terjemahan bebasnya “Di Dalam Terdapat Apa yang Ada di Dalam”, adalah karya yang menyingkap sisi terdalam pemikiran spiritual Jalaluddin Rumi.

Buku ini bukan sekadar teks keagamaan atau sufi klasik. Ia adalah percakapan batin, percikan kebijaksanaan, dan semacam cermin jiwa yang mengajak pembacanya untuk merenung jauh melampaui permukaan hidup.

Kumpulan ini terdiri dari sekitar tujuh puluh satu ceramah dan percakapan Rumi dengan murid-murid dan para penanya, yang dicatat oleh muridnya, Sultan Walad.

Baca Juga: Menyelam ke Dalam Diri: Pengantar Buku 71 Lukisan Tentang Renungan Jalaluddin Rumi dari Denny JA

Berbeda dengan karya Rumi yang puitis seperti Mathnawi, Fihi Ma Fihi lebih menyerupai majelis ilmu: penuh analogi, kisah, dan metafora yang membumikan konsep-konsep metafisik menjadi renungan sehari-hari.

Namun di balik penyampaiannya yang sederhana dan akrab, Rumi menyampaikan pesan-pesan besar tentang relasi manusia dengan Tuhan, makna cinta sejati, penyucian jiwa, dan pentingnya pengalaman langsung dalam spiritualitas.

Dalam banyak bagian, Rumi menggarisbawahi bahwa kebenaran tidak bisa dipinjam dari otoritas luar—ia harus dialami secara personal.

Baca Juga: Catatan Denny JA: Kecerdasan Spiritual Pun Menjadi Kecerdasan Terpenting

Ia menolak pendekatan legalistik atau tekstualis yang memisahkan ritual dari rasa. Ilmu pengetahuan yang tidak dihidupi dengan hati, menurutnya, hanya akan menjadi penjara bagi jiwa.

Ia menulis: "Banyak orang membaca kitab suci seperti burung menirukan suara manusia. Mereka bersuara, tapi tidak memahami maknanya." Di sinilah Rumi mengingatkan bahwa Tuhan tidak hadir dalam rumusan, tetapi dalam kehadiran batin yang jujur.

Pesan paling kuat dalam buku ini adalah tentang pembebasan dari ego. Rumi menggambarkan ego sebagai “tirai tipis” yang memisahkan manusia dari cahaya ilahi.

Baca Juga: Buku Murray Bookchin, "The Ecology of Freedom", Menyatukan Alam dan Kebebasan dalam Perjuangann Sosial

Namun, bukan dengan kekerasan ego itu diatasi—melainkan dengan cinta, kesadaran, dan kerendahan hati. Dalam salah satu percakapannya, Rumi mengatakan bahwa "cinta adalah api yang membakar dirimu agar hanya yang sejati yang tersisa." Ini adalah undangan spiritual yang dalam: hancurkan topeng, lalu temukan dirimu yang sejati.

Rumi juga menekankan bahwa perjalanan spiritual bukan tentang menjauh dari dunia, tetapi menjernihkan cara kita memandang dunia.

Ia tidak pernah menyuruh murid-muridnya meninggalkan dunia, tapi mengajak mereka melihat dunia bukan sebagai tujuan, melainkan sebagai jembatan menuju Yang Maha Ada.

Di tengah kehidupan modern yang serba instan dan dipenuhi informasi, Fihi Ma Fihi adalah ajakan untuk memperlambat langkah dan menyimak suara hati.

Bagi generasi muda yang merasa kehilangan arah atau makna, buku ini memberi ruang refleksi untuk kembali menyentuh nilai-nilai terdalam yang sering terabaikan: keheningan, cinta, dan kejujuran batin.

Rumi mengajak kita berdialog dengan Tuhan, bukan melalui doktrin, tetapi melalui kejujuran hati dan ketulusan rasa.

Meski berasal dari abad ke-13, kepekaan Rumi terhadap psikologi manusia dan konflik batin terasa sangat relevan.

a berbicara tentang ketakutan, kesombongan, ambisi kosong, dan pencarian identitas—tema-tema yang justru semakin aktual hari ini.

Dalam dunia yang haus validasi, Fihi Ma Fihi mengajak kita mengalihkan pencarian dari luar ke dalam. Bukan untuk melarikan diri, tapi untuk memulihkan arah hidup.

Buku ini cocok bagi siapa pun yang sedang mencari, yang sedang ragu, atau yang sekadar ingin berdiam dan menyimak bisikan lembut dari suara jiwa.

Sebagaimana dikatakan Rumi: “Kebenaran ada di dalam dirimu. Dan tugasmu adalah membersihkan cermin hati agar bisa melihat-Nya lebih jernih.”***

Halaman:

Berita Terkait