Catatan Denny JA: Perbanyak Sastra di Ruang Publik
- Penulis : Krista Riyanto
- Jumat, 27 Juni 2025 07:55 WIB

Pada 2012, saya menulis sebuah buku berjudul Atas Nama Cinta. Lima puisi panjang di dalamnya menarasikan ulang kisah nyata tentang diskriminasi.
Tapi puisi ini bukan puisi biasa. Ia dilengkapi catatan kaki, mencatat berita dan fakta yang melatari kisah tersebut.
Dari sinilah puisi esai lahir.
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: Ketika Kita Diam Saja Melihat 1300 Anak-anak Dibunuh
Puisi esai adalah genre sastra baru yang memadukan narasi puitis dengan dokumentasi nyata. Ia berdiri di antara fiksi dan jurnalistik. Ia mengisahkan kembali peristiwa sungguhan, namun dengan teknik dan jiwa puisi.
Inovasi puisi esai mencakup:
1. Kisah Nyata yang Dipuisikan
Baca Juga: Puisi Esai Denny JA: 100 Tahun Gedung Bunga Rampai
Puisi esai lahir dari kisah faktual. Tapi ia tak berhenti di dokumentasi. Ia mengangkat kisah itu ke ruang batin, menjadikannya getar estetik.
2. Catatan Kaki sebagai Bagian Sentral Puisi
Catatan kaki bukan sekadar pelengkap. Ia adalah sumur asal puisi itu. Tanpa fakta dalam catatan kaki, takkan lahir puisi esai.
Baca Juga: Catatan Hamri Manoppo: Denny JA dan Peluang Nobel Sastra, Dari Puisi Esai Menuju Pengakuan Global
3. Gabungan Fakta dan Fiksi