"Mindset": Ketika Cara Pandang Menentukan Nasib
- Penulis : Khoirotun Nisak
- Rabu, 18 Juni 2025 12:20 WIB
.jpg)
ORBITINDONESIA.COM - Pernahkah kamu merasa gagal dalam sesuatu, lalu berkata, “Memang aku nggak berbakat”? Atau mungkin sebaliknya, kamu percaya bahwa dengan latihan dan usaha, kamu bisa berkembang lebih baik?
Di sinilah letak inti dari buku Mindset karya psikolog Carol S. Dweck—cara pandang kita terhadap kemampuan diri ternyata bisa memengaruhi seluruh arah hidup kita.
Dalam buku ini, Dweck membedakan dua jenis mindset utama: fixed mindset (pola pikir tetap) dan growth mindset (pola pikir bertumbuh).
Baca Juga: Yuval Noah Harari: Dua Abad Mendatang, Manusia Akan Musnah Dari Muka Bumi
Orang dengan fixed mindset meyakini bahwa bakat dan kecerdasan adalah sesuatu yang tetap dan tidak bisa diubah. Sebaliknya, orang dengan growth mindset percaya bahwa kemampuan bisa dikembangkan melalui kerja keras, strategi yang tepat, dan belajar dari kesalahan.
Melalui riset yang panjang dan banyak studi kasus dari dunia pendidikan, olahraga, bisnis, hingga parenting, Dweck menunjukkan bahwa orang-orang yang memiliki growth mindset lebih cenderung berhasil dalam jangka panjang.
Mereka tidak takut gagal, karena melihat kegagalan sebagai bagian dari proses belajar, bukan sebagai akhir dari segalanya.
Baca Juga: Yuval Noah Harari, "Nexus: Ketika Sejarah, Teknologi, dan Kemanusiaan Bertemu di Persimpangan Baru"
Salah satu bagian paling menarik dari buku ini adalah saat Dweck menceritakan kisah atlet seperti Michael Jordan dan tokoh bisnis seperti Steve Jobs. Mereka bukan sekadar "berbakat", tapi juga memiliki semangat belajar yang tinggi, mau menerima kritik, dan terus berkembang dari kegagalan.
Dweck bahkan menyoroti bagaimana cara orang tua dan guru memberikan pujian—apakah fokus pada hasil (“Kamu pintar banget!”) atau pada proses (“Kamu bekerja keras ya!”)—bisa membentuk mindset anak dalam jangka panjang.
Buku ini memiliki kesederhanaan ide, namun berdampak besar. Dweck tidak hanya membahas teori, tapi juga memberi tips praktis tentang bagaimana kita bisa mengubah pola pikir kita dari fixed menjadi growth.
Baca Juga: Buku John Palmeyer, “Ketika Iman Jadi Ancaman: Refleksi Kritis dalam Is Religion Killing Us?”
Ia juga mengajak pembaca untuk lebih sadar terhadap “suara internal” yang sering kali membuat kita meragukan diri sendiri, dan menggantinya dengan narasi yang lebih memberdayakan.
Namun demikian, buku ini cenderung menyederhanakan masalah kompleks hanya dengan dua kategori mindset.
Dalam kenyataannya, banyak faktor lain yang memengaruhi kesuksesan seseorang, seperti kondisi sosial, ekonomi, atau trauma masa lalu.
Kadang, mengubah mindset saja tidak cukup jika sistem dan dukungan lingkungan juga tidak mendukung.
Meskipun begitu, Mindset tetap menjadi buku yang sangat penting, terutama dalam dunia pendidikan dan pengembangan diri.
Di era kompetisi dan tekanan performa seperti sekarang, Dweck memberi kita perspektif yang menyejukkan: bahwa kita tidak harus sempurna sejak awal. Kita cukup terus bertumbuh.
Buku ini seperti teman baik yang mendorong pelan dari belakang sambil berkata: “Kamu belum bisa… tapi kamu akan bisa, kalau terus mencoba.” Dan bukankah itu kalimat yang paling kita butuhkan saat mulai meragukan diri sendiri?***