Catatan Denny JA: Bunga Rampai 100 Tahun Arsitektur Perjuangan dan Jejak Rasa Kuliner
- Penulis : Krista Riyanto
- Sabtu, 14 Juni 2025 06:18 WIB

Arsitektur Indische pada Bunga Rampai mencerminkan harmoni antara Eropa dan tropis: pencahayaan alami, ventilasi besar, dan estetika yang tak lekang oleh waktu.
Restoran ini telah menjadi tempat para pemimpin dunia, seniman, dan diplomat duduk di meja yang sama. Mereka tak hanya makan, tapi berdiskusi, berdamai, bahkan jatuh cinta.
Dan kini, di usianya yang ke-100, Bunga Rampai mengundang kita untuk merenung:
Apa yang ingin kita wariskan? Jejak macam apa yang kita tinggalkan dalam ruang dan rasa?
Baca Juga: Catatan Denny JA: Mendengar Obama yang Mendukung Harvard University Melawan Donald Trump
-000-
Di antara tembok yang menua dan gedung-gedung menjulang,
kita bertanya:
Mampukah akar sejarah bertahan di tanah yang terus berganti?
Atau ia akan hilang,
terkubur di bawah beton ambisi dan lupa diri?
Baca Juga: Catatan Denny JA: Kisah Nabi Ibrahim dan Rockefeller yang Sayang Anak, Sebuah Renungan Iduladha
Hanya jika kita menjaga,
warisan akan hidup tak sekadar menjadi cerita,
tapi cahaya yang menuntun langkah generasi berikutnya.
Di tengah kota yang kian modern, Bunga Rampai berdiri sebagai penanda waktu.
Ia adalah ruang yang tak sekadar menyajikan makanan,
tapi juga menyajikan ingatan.
Ia bukan hanya restoran,
tapi monumen hidup bagi bangsa yang tak ingin melupakan akar.
Baca Juga: Catatan Denny JA: Elon Musk Pun Serukan Pemecatan Donald Trump
Di setiap sudut ruang dan aroma,
terasa jejak yang tak ingin pupus.
Dari meja makan hingga lantai dan plafon gedung Bunga Rampai, terekam benang-benang kenangan yang halus.