DECEMBER 9, 2022
Nasional

2 Juni, PDI Perjuangan Kenang Peran Tokoh Sumatra Barat Tan Malaka yang Berjuang untuk Republik Indonesia

image
Tan Malaka Bersama Bung Karno dalam rapat raksasa di Lapangan Ikada. (Youtube@pdi perjuangan)

ORBITINDONESIA.COM - Ibrahim Datuk Sutan Malaka juga dikenal sebagai Tan Malaka, lahir 2 Juni 1897 di Nagari (Desa) Pandam Gadang, Kabupaten Agam, Sumatra Barat.

Dalam unggahannya di kanal Youtube @PDI Perjuangan Senin 2 Juni 2025, Tan Malaka, pejuang kemerdekaan Indonesia berkali-kali ditangkap dan pernah diasingkan pemerintah kolonial Hindia Belanda.

Ia bertahun-tahun bergerilya dan bergerak di bawah tanah berjuang melawan penjajah Hindia Belanda.

Baca Juga: Pilkada Riau 2024, Ben Ibratama Tanur dari Tan Malaka Institute: Syamsuar Sulit Merebut Hati Masyarakat

Tahun 1925, Tan Malaka menulis buku berjudul Naar de Republiek Indonesia (Menuju Republik Indonesia). Ia menyerukan pembentukan Republik Indonesia yang merdeka dan memperjuangkan hak-hak buruh sehingga ia dijuluki Bapak Republik Indonesia.

Tan Malaka juga dikenal sebagai Bapak Madilog merujuk pada karya tulisnya berjudul Madilog (materialisme, dialektika, dan logika).

Salah satu karya yang menggambarkan perjalanan hidup Tan Malaka ialah buku berjudul Dari Penjara ke Penjara. Ia sering menyamar menjadi orang lain, termasuk ketika hari-hari penting yang berlangsung di Jakarta, menjelang proklamasi kemerdekaan 17 Agustus 1945.

Baca Juga: Gugurnya Tan Malaka 21 Februari 76 Tahun Silam Dibedah Dalam Diskusi Publik di Kabupaten Lima Puluh Kota

Tan Malaka muncul menjelang proklamasi kemerdekaan Indonesia, namun ia lebih dikenal dengan aktivitasnya setelah proklamasi.

Tan Malaka ialah penggagas Rapat Raksasa di Lapangan Ikada, 19 September 1945 yang diadakan oleh pemuda tergabung dalam Comite van Actie.

Ia mengusulkan diadakan aksi massa besar untuk mengukur seberapa besar rakyat mendukung Proklamasi Kemerdekaan.

Baca Juga: Partai Murba Reborn, Pendiri Tan Malaka Institute Ben Ibratama Tanur Diberi Mandat Siapkan Kepengurusan

Presiden Soekarno akrab disapa Bung Karno awalnya menolak rapat raksasa itu, karena risikonya sangat besar, karena tentara Jepang masih berkuasa dan belum menyerah.

Pada akkhirnya, Bung Karno setuju menghadiri rapat dan berpidato. Rapat raksasa di Lapangan Ikada menjadi tonggak sejarah penting perjalanan bangsa Indonesia. Ini menjadi simbol persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia menyambut kemerdekaan, serta tekad membangun bangsa merdeka, berdaulat dan bermartabat.

Peran Tan Malaka sebagai pemikir revolusioner menginspirasi banyak orang dan pengaruhnya terasa sampai sekarang.

Baca Juga: Tan Malaka Institute Gelar Diskusi Publik Bertema Pendidikan Nasional dan Tan Malaka

Tan Malaka memperoleh gelar Pahlawan Nasional berdasarkan Keputusan Presiden RI No. 53 yang ditandatangani Presiden Soekarno, 28 Maret 1963.***

Halaman:

Berita Terkait