Tugas Moral Macron, Prabowo, dan Palestina Merdeka
- Penulis : Dody Bayu Prasetyo
- Minggu, 01 Juni 2025 01:23 WIB

Keprihatinan atas Situasi Kemanusiaan
Eropa sangat prihatin terhadap situasi kemanusiaan di wilayah Palestina, terutama di Gaza dan Tepi Barat. Pengakuan kedaulatan Palestina sering dilihat sebagai bentuk solidaritas dengan rakyat Palestina dan kecaman terhadap pendudukan yang terus berlangsung.
Desakan untuk Mendorong Proses Perdamaian
Beberapa negara Eropa menganggap bahwa pengakuan Palestina dapat memberi tekanan internasional kepada Israel untuk kembali ke meja perundingan. Ini dilihat sebagai upaya diplomatik untuk memajukan proses perdamaian yang sudah lama mandek.
Keselarasan dengan Hukum Internasional
Eropa cenderung memandang bahwa Palestina berhak atas penentuan nasib sendiri, sebagaimana diatur dalam Piagam PBB dan hukum internasional lainnya. Dengan demikian, pengakuan kedaulatan Palestina dipandang sebagai tindakan yang sah dan konsisten dengan prinsip-prinsip tersebut.
Baca Juga: PM Australia Anthony Albanese Kecam Israel Terkait Blokade Pasokan Bantuan ke Gaza
Tekanan Domestik dan Opini Publik
Opini publik di banyak negara Eropa cenderung simpati terhadap perjuangan Palestina. Pemerintah terkadang merespons tekanan ini untuk menunjukkan bahwa mereka berpihak pada keadilan dan hak asasi manusia.
Tanggapan atas Kebijakan Israel
Kebijakan ekspansi permukiman Israel di wilayah pendudukan sering dikritik oleh Eropa sebagai penghalang perdamaian. Pengakuan Palestina bisa menjadi bentuk protes diplomatik terhadap kebijakan-kebijakan tersebut.
Pada akhirnya, kita sepakat apa yang diegaskan Prabowo dan Macron, bahwa dunia harus mengakui kedaulatan Palestina. Tepat sekali apa yang dikatakan Macron, bahwa mengakui kemerdekaan Palestina adalah tugas moral kemanusiaan kita bersama.
Baca Juga: Presiden Dewan Eropa: Israel "Harus" Cabut Blokade Gaza dan Izinkan Bantuan Tanpa Hambatan
*KH Dr. Amidhan Shaberah, Ketua MUI 1995-2015/Komnas HAM 2002-2007.***