DECEMBER 9, 2022
Internasional

Harga Beras Lokal Meroket, Pasar Swalayan Jepang Kini Jual Beras Impor yang Lebih Murah

image
Ilustrasi beras impor (Foto: Antara)

ORBITINDONESIA.COM - Pasar-pasar swalayan di Jepang kian gencar menjual beras impor yang lebih murah di tengah kenaikan harga dan kekhawatiran akan kelangkaan makanan pokok itu.

Aeon, salah satu pemain besar supermarket di Jepang, mulai 6 Juni akan menjual beras asal California di gerai-gerainya, terutama di perkotaan.

Beras impor tersebut dibanderol 2.894 yen (sekitar Rp330.000) untuk kemasan 4 kilogram (kg), atau Rp82.500 per kg.

Baca Juga: Kementerian Kesehatan Indonesia dan JICA Jepang Memulai Kerja Sama dalam Sektor Caregiver

Harga sebesar itu lebih murah 15 persen dari harga rata-rata beras lokal yang dihitung Kementerian Pertanian pada awal Mei di seluruh pasar swalayan.

Sebelumnya, Aeon telah menjual campuran beras AS dan beras lokal sejak April. Para pesaingnya, termasuk Ito-Yokado dan Seiyu, mencatat penjualan yang tinggi terhadap beras asal California dan Taiwan.

Menurut Aeon, keputusan untuk menjual beras varietas Calrose dari California itu didasarkan pada minat konsumen. Banyak dari mereka merasa tak sanggup lagi membeli beras lokal yang harganya melambung tinggi.

Baca Juga: Jumlah Anak di Jepang Turun 44 Tahun Berturut-turut, Capai Rekor Baru

"Harga (beras impor) ini terjangkau. Dengan menawarkan lebih banyak pilihan kepada pelanggan, kami berharap konsumsi beras secara keseluruhan akan meningkat," kata Wakil Presiden Eksekutif Aeon, Mitsuko Tsuchiya, dalam konferensi pers belum lama ini.

Jepang mengimpor beras melalui dua jalur: pemerintah dan perusahaan swasta.

Pemerintah wajib membeli sejumlah tertentu dari negara lain berdasarkan kesepakatan Organisasi Perdagangan Dunia (WTO), sedangkan perusahaan swasta mengimpor beras dengan membayar tarif kepada pemerintah.

Baca Juga: Kemenhan Jepang Didesak Bentuk Kantor Khusus Tangani UFO atau Fenomena Anomali

Aeon mengimpor beras lewat jalur swasta dan menargetkan penjualan sekitar 14.000 ton dalam tiga bulan.

Halaman:

Berita Terkait