
ORBITINDONESIA.COM - Kayu jati bermimpi akar yang lupa
Mengukir sunyi di ruang istana kata
Setiap lekuk menyimpan tanya purba
Tentang kuasa yang fana, tak bertepi nyata
Kilau politur sembunyikan debu zaman
Janji terukir, namun makna terpendam
Duduklah, wahai penguasa impian
Di atas rapuhnya singgasana keemasan
Busa empuk menelan jerit lirih
Nyaman sesaat, sebelum terperangkap sepi
Di sana, kebenaran seringkali tersisih
Terbungkam oleh retorika mimpi-mimpi
Baca Juga: Puisi Indra Pirmana: Menatap Kamar Bersalin
Beratnya tanggung jawab tak terlihat mata
Hanya siluet ambisi rakus membara
Setiap keputusan adalah paradoks nyata
Antara melayani atau justru memperdaya
Kursi baru, simbol harapan yang ringkih
Menanti sentuhan kebijakan yang bersih.
Namun, sejarah seringkali berbisik perih
Tentang kekuasaan yang mudah terkikis.
Duduklah dengan hati telanjang
Rasakan angin perubahan kan datang
Sebab, kursi baru tak menjamin kan abadi berkuang
Jika nurani tak lagi menjadi penerang
Baca Juga: Puisi Hendraone Habang: Delapan Belas
Toboali, 30 April 2025
*Ahmad Gusairi adalah penyair dan pengajar SMA Negeri 1 Toboali Bangka Selatan.***