DECEMBER 9, 2022
Kolom

Apakah "Gencatan Senjata Paskah" Putin Timbulkan Skeptisisme atau Peluang Perdamaian?

image
Situasi perang Ukraina vs Rusia (Foto: Youtube PBS)

Oleh Steve Rosenberg*

ORBITINDONESIA.COM - Bulan lalu, pemerintahan Trump mengusulkan gagasan gencatan senjata komprehensif selama 30 hari. Ukraina setuju. Rusia tidak. Atau lebih tepatnya, Rusia mengajukan daftar panjang persyaratan.

Alih-alih 30 hari, Kremlin memutuskan 30 jam. Pada hari Sabtu, Presiden Vladimir Putin mengumumkan gencatan senjata Paskah sepihak di Ukraina hingga tengah malam Minggu malam, 20 April 2025 di Moskow.

Baca Juga: Putin Usulkan Penerapan Tata Kelola Eksternal PBB di Ukraina untuk Selenggarakan Pemilu

Ia mengatakan bahwa ia bertindak berdasarkan pertimbangan "kemanusiaan". Klaim semacam itu telah disambut dengan skeptisisme di Ukraina lebih dari tiga tahun setelah Rusia berperang melawan negara itu.

Di media sosial pada Minggu pagi, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengunggah bahwa "tentara Rusia berupaya menciptakan kesan umum gencatan senjata, sementara di beberapa wilayah masih melanjutkan upaya terisolasi untuk maju dan menimbulkan kerugian di Ukraina."

Kementerian pertahanan Rusia mengambil pandangan yang berbeda. Dalam sebuah pernyataan, disebutkan bahwa "semua pasukan Rusia di zona operasi militer khusus [istilah Rusia untuk invasi Ukraina] sejak pukul 18:00 waktu Moskow pada tanggal 19 April telah mematuhi dengan ketat rezim gencatan senjata dan mempertahankan posisi mereka saat ini."

Baca Juga: Anggota Parlemen: Ukraina Tak Bisa Mundur dari Kesepakatan Mineral dengan AS

Militer Rusia juga menuduh Ukraina melanggar gencatan senjata.

Apakah gencatan senjata Paskah Rusia hanya sekadar PR dari Vladimir Putin? Atau apakah itu merupakan langkah nyata untuk mengakhiri perang?

Pandangan skeptis adalah bahwa gencatan senjata selama 30 jam tidak terlalu berkaitan dengan upaya mendorong perdamaian dan lebih berkaitan dengan menjaga hubungan baik dengan Gedung Putih Trump. Sejak Donald Trump kembali ke Ruang Oval, Putin telah sibuk mencoba memperbaiki hubungan dengan Washington dan membuka jalan bagi era kerja sama baru.

Baca Juga: Menlu AS Marco Rubio: Kesepakatan Akhir tentang Ukraina Menimbang Sanksi Uni Eropa untuk Rusia

Namun, komentar publik baru-baru ini oleh pejabat Amerika (termasuk Trump sendiri) telah menunjukkan bahwa pemerintah AS telah menjadi tidak sabar dengan kurangnya kemajuan di Ukraina. Trump telah mengancam akan meninggalkan upaya untuk menjadi perantara kesepakatan damai jika kesepakatan tampaknya tidak mungkin tercapai.

Halaman:
Sumber: BBC

Berita Terkait