Percakapan Dua Intelektual Besar Dunia, Einstein dan Tagore tentang Kesadaran
- Penulis : Satrio Arismunandar
- Kamis, 06 Maret 2025 05:36 WIB

ORBITINDONESIA.COM - Pada 1930, dua intelektual terbesar dunia, Albert Einstein dan Rabindranath Tagore, terlibat dalam percakapan yang luar biasa di kediaman Einstein di pinggiran Berlin.
Pertemuan bersejarah ini, yang diadakan pada 14 Juli 1930, mempertemukan Einstein, fisikawan terkenal dan peraih Nobel Fisika (1921), dan Tagore, penyair, filsuf, dan peraih Nobel Sastra (1913) yang terhormat. Dialog mereka mengeksplorasi ide-ide mendalam yang terkait dengan sains, filsafat, kesadaran, dan hakikat realitas.
Einstein, seorang ilmuwan yang terkenal karena teori relativitasnya, menekankan metode empiris sains dan pentingnya memahami alam semesta melalui fenomena yang terukur. Di sisi lain, Tagore adalah seorang penyair yang menghargai eksplorasi kesadaran, seni, dan pengalaman spiritual.
Baca Juga: Usman Kansong Mencari Buku Spinoza tentang Konsep Tuhan yang Dianut Einstein
Diskusi mereka berpusat pada hubungan antara realitas objektif, sebagaimana dipelajari melalui sains, dan pengalaman subjektif manusia, yang sering dijelaskan melalui puisi dan filsafat.
Salah satu topik inti dalam percakapan mereka adalah peran kesadaran dalam membentuk realitas. Einstein berpendapat bahwa realitas ada secara independen dari persepsi manusia, sementara Tagore berpendapat bahwa kesadaran kita memainkan peran integral dalam mendefinisikan dunia di sekitar kita.
Dialog ini melambangkan perpaduan pandangan dunia ilmiah dengan perspektif filosofis dan spiritual Timur.
Baca Juga: Konsep Tuhan Menurut Filsuf Baruch Spinoza, yang Dianut oleh Albert Einstein
Pertemuan mereka bukan hanya momen pertukaran intelektual tetapi juga persimpangan simbolis pemikiran Timur dan Barat, yang menggambarkan bagaimana perspektif yang beragam dapat bertemu untuk memperdalam pemahaman kita tentang keberadaan.
Percakapan tersebut kemudian diterbitkan, memberikan wawasan tentang pikiran dua individu luar biasa yang membentuk jalannya pemikiran modern. Percakapan tersebut tetap menjadi refleksi abadi tentang persimpangan antara sains, filsafat, dan kesadaran, yang menggemakan pentingnya dialog lintas disiplin ilmu.***