DECEMBER 9, 2022
Gaya Hidup

Pameran "Semesta Arkiv" di Galeri Nasional Indonesia Mengeksplorasi Seni, Teknologi, dan Kemanusiaan

image
Pengunjung mengamati karya seniman kontemporer asal Bandung, Arkiv Vilmansa pada Pameran Semesta Arkiv di Galeri Nasional Indonesia, Jakarta, Sabtu, 22 Februari 2025. Pameran Semesta Arkiv menghadirkan sebanyak 100 lebih karya berupa lukisan, patung, instalasi dan art toys yang disajikan dalam lima tema yaitu Metaphor of Memories, Monument of Sense (MICKIV HOPE X SUNARYO), Widya Segara (Wisdom of the Sea), Laut Semua Warna dan Sintesa. ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto/YU

ORBITINDONESIA.COM - Seniman kontemporer asal Bandung Arkiv Vilmansa menggelar pameran tunggal bertajuk "SEMESTA ARKIV" di Galeri Nasional Indonesia yang berlangsung hingga 11 Mei 2025, menghadirkan eksplorasi seni, teknologi, dan kemanusiaan.

Pameran ini merupakan hasil kolaborasi antara Galeri Nasional Indonesia, Studio Arkiv, dan Galeri Zen1.

"Pameran ini adalah penghormatan pada laut, warna, dan kolaborasi. Saya ingin mengajak penikmat seni untuk tidak hanya melihat, tetapi merasakan bagaimana seni bisa menjadi medium yang membebaskan, bahkan di tengah kompleksitas zaman," ujar Arkiv dalam rilis pers yang diterima, Sabtu, 1 Maret 2025.

Baca Juga: Pameran "Jejak Perlawanan Sang Presiden 2001" di Galeri Nasional Jadi Tribut untuk Pelukis Hardi

Dalam pameran ini, Arkiv menampilkan kolaborasi dengan sejumlah seniman, seperti Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel).

Kolaborasi Arkiv dengan para seniman tersebut dimaksudkan untuk mewujudkan ekspresi seni yang berbeda dengan kecenderungan hasrat ekspresi mainstream seni kontemporer.

Pameran "Semesta Arkiv" menampilkan perjalanan kreatif Arkiv Vilmansa melalui eksplorasi warna, karakter imajinatif, dan kolaborasi lintas disiplin yang tersebar di beberapa gedung Galeri Nasional Indonesia.

Baca Juga: Sekda Hefi Nuranda Kunjungi Pameran Buku Karya Penulis Bangka Selatan

Laut Semua Warna yang terletak di Gedung A menampilkan karya-karya Arkiv yang terinspirasi oleh kehidupan laut, menandai fase perubahan dan pembaruan dalam karyanya. Bagian ini juga terkait dengan proyek seni "Widya Segara" dan kolaborasi dengan seniman lain.

Sintesa yang berada di Gedung B menampilkan hasil kolaborasi kreatif Arkiv dengan seniman seperti Sunaryo, Darbotz, Erwin Windu Pranata, dan Mulyana (Mangmoel). Bagian ini mencerminkan perkembangan karier Arkiv dan wacana seni rupa Indonesia.

Metaphor of Memory di Gedung D Menyajikan karya-karya yang menggambarkan perjalanan Arkiv sebagai seniman dan desainer serta menjadi penanda dalam penciptaan karakter khas Mickiv. Bagian ini juga menampilkan "Monument of Sense", hasil kolaborasi Arkiv dengan Sunaryo.

Baca Juga: Wow, Spotify Akan Hadirkan Pameran Taylor Swift di Jakarta, Manila, dan Seoul

Widya Segara (Wisdom of the Sea) di area luar ruangan menghadirkan instalasi balon paus raksasa bernama Raga (4x6 meter, panjang 30 meter) dan Runa (2x3 meter, panjang 15 meter). Instalasi ini menyuarakan kepedulian Arkiv terhadap nilai-nilai laut bagi masyarakat dan budaya Indonesia.

Pendiri Galeri Zen1 Nicolaus Kuswanto menjelaskan bahwa pihaknya terlibat untuk mewujudkan konsep seniman dengan menyediakan sumber daya, waktu, dan upaya dari perencanaan hingga pelaksanaan pameran.

Sementara kurator pameran, Rizki A. Zaelani menyatakan bahwa karya-karya Arkiv Vilmansa menawarkan perspektif filosofis yang terinspirasi dari pemikiran Friedrich Nietzsche “Kita memiliki seni agar tidak mengalami kematian realitas.”

Baca Juga: Menbud Fadli Zon: Pameran Seni Kontemporer Bisa Menginspirasi Perupa dan Seniman Muda Berkarya

Karya-karya Arkiv dihadirkan sebagai ruang dialog antara seni dan realitas kontemporer, di mana teknologi tidak dilihat sebagai ancaman, melainkan sebagai alat untuk memperkuat otonomi ekspresi manusia.

Rizki menambahkan bahwa Arkiv tidak hanya menciptakan karya seni, tetapi juga menghidupkan imajinasi yang merayakan keberagaman dan kebebasan.

"Dalam ‘Semesta Arkiv’, ia membuktikan bahwa seni kontemporer bisa menjadi jembatan antara tradisi, teknologi, dan harapan masa depan," kata Rizki.***

Halaman:

Berita Terkait