DECEMBER 9, 2022
Kolom

Bagaimana Singapura Bisa Maju, Belajar dari Negara Tetangga

image
Pemandangan kota Singapura (Foto: Thought Latte)

ORBITINDONESIA.COM - Singapura mulai dengan hal-hal basic. Mereka benahi sistem pendidikan, bikin rumah murah buat rakyat, dan berantas korupsi habis-habisan. Pemerintah juga pinter manfaatin lokasi strategis Singapura buat jadi pusat perdagangan.

Yang unik, Singapura tak cuma meniru model negara lain. Mereka bikin sistem sendiri yang cocok sama kondisi mereka. Misalnya, Central Provident Fund (CPF) yang mengharuskan warga nabung buat masa depan. Ini jadi jaminan sosial sekaligus sumber dana pembangunan.

Pemerintah Singapura juga berani ambil keputusan kontroversial. Mereka larang permen karet buat jaga kebersihan, tapi izinkan judi buat menaikkan pendapatan negara. Mereka juga ketat soal disiplin tapi longgar soal pajak buat menarik investor.

Baca Juga: Irjen Pol. Krishna Murti: Penangkapan Buronan KPK Paulus Tannos di Singapura Atas Permintaan Polri

Hasilnya? Dalam 50 tahun, Singapura berubah dari negara miskin jadi salah satu yang terkaya di dunia. PDB per kapita mereka naik dari $500 di tahun 1965 jadi $72,000 di 2022. Itu lebih tinggi dari Amerika Serikat!

Tapi Singapura tak berhenti. Mereka terus berinovasi. Sekarang mereka lagi gencar bangun "smart nation", integrasi teknologi canggih ke semua aspek kehidupan. Dari transportasi sampai pelayanan publik, semua pakai AI dan IoT.

Jadi, apa rahasia Singapura? Mungkin bisa diringkas jadi: visi jelas, eksekusi cepat, dan adaptasi terus-menerus. Mereka buktikan kalau negara kecil bisa jadi raksasa ekonomi, asalkan punya strategi jitu dan disiplin tinggi.

Baca Juga: Jubir KPK Tessa Mahardhika: Penahanan Sementara Paulus Tannos di Singapura Sesuai Perjanjian Ekstradisi

Kisah Singapura ini bisa jadi pelajaran berharga buat negara lain. Kekacauan bisa jadi batu loncatan menuju kemakmuran, asal kita punya visi dan keberanian untuk mewujudkannya.

(Oleh Ronny F. Sompie)

Sumber: Ghesquière, Henri. "Singapore's Success: Engineering Economic Growth." Thomson Learning, 2007.***

Berita Terkait