DECEMBER 9, 2022
Internasional

Korea Utara Sebut Senjata Nuklirnya Dirancang untuk Keperluan Tempur, Bukan Tawar-menawar

image
Rudal Korea Utara (Foto: Istimewa)

ORBITINDONESIA.COM - Korea Utara (Korut) pada Sabtu, 8 Februari 2025 mengatakan, senjata nuklirnya dirancang untuk keperluan tempur, bukan "barang tawar-menawar" di tengah ketegangan yang terjadi di Semenanjung Korea.

Pyongyang mengatakan dalam komentar yang dipublikasikan oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) yang dikelola pemerintah, bahwa kekuatan nuklirnya bukan untuk dinegosiasikan tetapi untuk keperluan tempur, setelah AS mengatakan bahwa Washington akan mengupayakan "denuklirisasi penuh Korea Utara," di bawah pemerintahan Presiden Donald Trump.

"Kekuatan nuklir kami bukanlah sesuatu yang dapat diiklankan untuk mendapatkan pengakuan dari siapa pun dan bahkan bukan barang tawar-menawar yang dapat ditukar dengan beberapa sen," kata KCNA, menyuarakan pandangan Korea Utara.

Baca Juga: Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un Serukan Peningkatan Kekuatan Nuklir Tanpa Batas

"Kekuatan nuklir negara kami digunakan untuk pertempuran konstan, guna segera menyingkirkan segala upaya invasi oleh kekuatan musuh yang melanggar kedaulatan negara dan keselamatan rakyatnya serta mengancam perdamaian regional," tulisnya dalam bahasa Korea.

Perdana Menteri Jepang Shigeru Ishiba, dalam konferensi pers dengan Presiden Trump pada Jumat, 7 Februari 2025, mengatakan bahwa mereka menegaskan perlunya mengatasi program nuklir dan rudal Korut, yang menimbulkan "ancaman serius" bagi Jepang, AS, dan sekitarnya.

"Jepang dan AS akan bekerja sama mengupayakan denuklirisasi penuh Korea Utara," katanya.

Baca Juga: AS Yakin Korea Utara Siap Menggelar Uji Coba Nuklir ke-7, Hanya Menunggu Keputusan Politik

Namun, Trump mengatakan bahwa Washington akan menjalin hubungan dengan Korea Utara. Sementara, para pejabat NATO dan Uni Eropa menegaskan kembali bahwa mereka tidak akan menerima Korea Utara sebagai negara berkekuatan nuklir.

Korea Utara mengecam pernyataan tersebut sebagai hal yang "tidak masuk akal."

Trump menjadi presiden AS pertama yang menginjakkan kaki di wilayah Korut pada 2019. Sebagai bagian dari negosiasi dengan Pyongyang tentang program rudal balistik dan nuklir terlarangnya, ia bertemu Kim Jong Un di zona demiliterisasi yang memisahkan Korea Utara dan Korea Selatan.

Baca Juga: Pasukan Korea Utara Menyamar sebagai Penduduk Rusia untuk Melawan Ukraina

Korut sejak itu telah melakukan uji coba rudal dan nuklir, termasuk apa yang diklaimnya sebagai peluncuran rudal balistik antarbenua berbahan bakar padat yang berhasil pada 2023.***

 

 

 

Halaman:

Berita Terkait