DECEMBER 9, 2022
Kolom

Dies Natalis ke-78 HMI: Dari Desa Mewujudkan Tujuan

image
Ilustrasi- Ketua Umum PB HMI Mahfut Khanafi saat pembukaan Pleno III HMI bertema “Transformasi Intelektual untuk Kepemimpinan Bermartabat” yang diselenggarakan di Asrama Haji Nusa Kota Mataram, Tenggaran Barat pada Jumat, 24 Januari 2025. (ANTARA/HO-HMI)

Alumni HMI dikenal menduduki berbagai jabatan strategis di eksekutif, legislatif, yudikatif, sektor swasta, NGO, dan organisasi masyarakat, baik di tingkat lokal maupun nasional.

Kader dan alumni HMI sering kali menjadi bagian dari minoritas kreatif yang menggerakkan institusi dan memberikan kontribusi signifikan.

Dalam prinsip Pareto, alumni HMI sering kali menjadi bagian dari 20 persen anggota yang mampu menggerakkan 80 persen perubahan dalam suatu organisasi.

Baca Juga: Berkait OPINI Berantai Jokowi Gagal Membuka Munas KAHMI, Kenapa? Oleh Ayu Nitiraharjo, Ini Penjelasan KAHMI

Prinsip yang dicetuskan oleh ahli ekonom Italia, Vilfredo Pareto, pada tahun 1896, itu menjelaskan aturan 80/20 berdasarkan beragam fenomena yang menunjukkan bahwa sekitar 80 persen hasil berasal dari 20 persen.

Namun, seperti halnya manusia yang mudah lupa dan tergoda sehingga tidak dapat luput dari kesalahan, perjalanan panjang HMI selama 78 tahun juga diwarnai dengan kasus-kasus yang melibatkan sebagian kecil alumninya, termasuk dalam tindak korupsi.

Hal ini harus menjadi bahan introspeksi bagi kader dan alumni HMI agar tidak mengulangi kesalahan yang sama dan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai perjuangan.

Baca Juga: GMNI: Calon Pemimpin Indonesia Mendatang Harus yang Paham Geopolitik Global

Pola kepemimpinan

Pada masa lalu, pola kepemimpinan alumni HMI biasanya, meskipun tidak selalu, bergantung pada pengalaman saat masih aktif di organisasi HMI. Pengurus di tingkat cabang umumnya menjadi tokoh di kabupaten/kota, sementara pengurus Badko berkiprah di tingkat provinsi, dan pengurus PB sering kali menjadi tokoh nasional.

Namun, pasca-reformasi 1998, pola tersebut mulai berubah dan cair. Pintu kepemimpinan di berbagai institusi semakin terbuka dengan persaingan yang lebih dinamis.

Baca Juga: Ketua Umum GMNI Imanuel Cahyadi: Hasto Kristiyanto Sebaiknya Tidak Berpolemik Soal Alutsista

Kini, tidak sedikit mantan pengurus PB yang berkiprah di level kabupaten sebagai bupati atau anggota DPRD, sementara ada pula mantan pengurus komisariat yang berhasil menembus level nasional. Perubahan ini harus disikapi dengan kesiapan kader HMI dalam menghadapi tantangan era modern.

Halaman:

Berita Terkait