Diskusi SATUPENA, Satrio Arismunandar: Pelestarian Lingkungan adalah Kewajiban Moral dan Spiritual dalam Islam
- Penulis : Bramantyo
- Kamis, 16 Januari 2025 08:00 WIB
ORBITINDONESIA.COM – Islam tidak hanya mendukung pelestarian lingkungan, tetapi menjadikannya kewajiban moral dan spiritual. Hal itu dikatakan Sekjen SATUPENA, Satrio Arismunandar.
Satrio Arismunandar menanggapi tema diskusi tentang benarkah Islam peduli lingkungan. Diskusi daring di Jakarta, Kamis malam, 16 Januari 2025 itu diadakan oleh Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA, yang diketuai penulis senior Denny JA.
Diskusi yang dikomentari Satrio Arismunandar itu akan menghadirkan narasumber Rahma Sofiana, Media Campaigner Greenpeace Indonesia. Diskusi itu akan dipandu oleh Mila Muzakkar dan Anick HT.
Satrio mengungkapkan, Islam memberikan perhatian besar terhadap lingkungan dan alam, dan menekankan pentingnya pelestarian dan perlindungan sebagai bagian dari tanggung jawab manusia.
“Dalam ajaran Islam, hubungan manusia dengan alam dipandang sebagai amanah dari Allah, yang harus dijaga dan dikelola dengan bijaksana,” ujarnya.
Menurut Satrio, salah satu konsep utama dalam Islam terkait lingkungan adalah posisi manusia sebagai khalifah (pengelola alam), seperti tertera dalam surah Al-Baqarah ayat 30.
Baca Juga: Satrio Arismunandar: Penerbitan Buku Puisi Esai dari 34 Provinsi Memperkuat Genre Puisi Esai
“Ini berarti manusia bertanggung jawab untuk mengelola alam secara adil dan berkelanjutan. Sebagai khalifah, manusia tidak boleh merusak lingkungan, tetapi harus menjaga keseimbangan dan keberlanjutan kehidupan di bumi,” sambungnya.
Ditambahkan oleh Satrio, kitab suci Alquran juga secara tegas melarang perusakan alam. Dalam surah Al-A’raf ayat 56, dikatakan: “Dan janganlah kamu membuat kerusakan di muka bumi setelah (Allah) memperbaikinya...”
“Perusakan lingkungan seperti pembakaran hutan, polusi, dan pemborosan sumber daya dipandang bertentangan dengan ajaran Islam,” tutur Satrio.
Ditambahkan Satrio, Islam juga mengenal konsep keseimbangan. Alam diciptakan dengan keseimbangan (mizan), seperti disebutkan dalam surah Ar-Rahman ayat 7-9. “Maka manusia diharapkan menjaga keseimbangan ini agar tidak terjadi kerusakan atau ketidakseimbangan ekologis,” ucapnya.