Puisi Esai Denny JA: Aku dan Banjir Jakarta
- Rabu, 29 Januari 2025 11:01 WIB
Dan ibuku?
Mereka mengungsikannya dengan perahu karet,
ditemani kakakku.
Sementara ayahku bertahan di loteng,
menjaga benteng,
dengan kesetiaan seorang pahlawan tua.
-000-
“Kau punya segala,” kata seorang teman.
“Anak-anakmu sekolah di London.
Mengapa tak pindah saja?”
Oh, bagaimana mungkin?
Jakarta bukan hanya kota.
Ia adalah cerita yang kutulis dengan air mata.
Jakarta adalah luka yang kusebut rumah.
Banjir datang dan pergi,
menghapus jejak, menguji kesabaran.
Tapi aku tetap di sini.
Aku tak ingin lari.
Karena cinta bukan hanya tentang menerima yang indah,
tetapi juga bertahan dalam badai.
Aku dan Jakarta,
dua nama yang terikat dalam sejarah yang sama.
Hujan turun,
banjir terus menggenangi Jakarta.
Entah sampai kapan.
Tapi aku tetap setia.
Tak akan meninggalkan Jakarta.